Jumat, 27 Maret 2015

TAHUN 1958
THOMAS CUP



Tonggak Sejarah Prestasi Bulu Tangkis Indonesia (Thomas Cup 1958)


Sejenak mengenang sejarah prestasi bulutangkis Indonesia di dunia, maka tak lepas dari ferry Sonnevil , Tan Joe Hok, Njo kiem Bie, Tan King Gwa dan Eddy Jusuf, mungkin nama tersebut agak asing, apalagi untuk generasi muda saat ini. Tapi dari tangan merekalah tonggak penting prestasi bulutangkis Indonesia ditancapkan. Mereka adalah pemain Indonesia saat merebut Thomas Cup yang pertama kali pada tahun 1958.
INDONESIA JUARA DUNIA
Datang sebagai negara yang tidak diperhitungkan dalam peta kekuatan bulutangkis dunia saat itu, Indonesia telah membuat kejutan dengan mengalahkan Denmark 6-3 dan Muangthai 8-1 di babak interzone dan berhak melawan malaya yang telah menunggu sebagai juara bertahan di babak challenge round.
Pada saat sebelun undian pertandingan dilangsungkan pada tanggal 12 Juni 1958 sore hari di Ocean Park Hotel, dimana pemain-pemain Indonesia menginap selama interzone dan Challenge round Thomas Cup, Indonesia merubah susunan salah satu pemain gandanya, Indonesia menggantikan Lie Po Djian dengan Ferry Sonnevil.
Hasil Undian lengkap antara Indonesia Vs Malaya adalah sebagai berikut:
Malam pertama tanggal 14 Juni 1958:
Single : Ferry Sonneville Vs Eddy Chong
Tan Joe Hok Vs The Kew san
Doubles : Njoo Kiem Bie/Tan King Gwan Vs Johny Heah/Lim Say Hup
Ferry Sonnevile/Tan Joe Hok Vs Oei Teik Hock/Eddy Chomg
Malam Kedua, tanggal 15 juni 1958
Single : Tan Joe Hok Vs Eddy Chong
Ferry Sonnevile Vs the Kew san
Eddy Jusuf Vs Abdullah Piruz
Doubles : Njoo Kiem Bie/Tan King Gwan Vs Oei Teik Hock/Eddy Chong
Ferry Sonneviile/tan Joe Hok Vs Johny heah/Say Hup
Telah ditetapkan, bahwa semua pertandingan akan dipimpin oleh wasit-wasit Malaya, sedang hakim garis dan service judge diisi oleh pemain dan offisial dari Denmark, Muangthai dan Amerika Serikat.
Semua wartawan dan pengamat bulutangkis malaya dan singapura sepakat untuk menjagokan malaya kembali juara, semua kemenangan Tan Joe Hok betapa cemerlangpun dianngap belum begitu berarti untuk dapat menandingi mantan juara dunia Eddy Chong.
Akan tetapi ferry Sonneville membuktikan kembali kepada dunia, bahwa ia memang lebih kuat daripada Eddy Chong, bekas juara All England beberapa tahun berturut-turut(1953, 1954, 1956, 1957) dan merupakan harapan rakyat Malaya. Ferry membawa Indonesia Menang 3-1 di malam pertama.
Hasil pertandingan Malam pertama tanggal 14 Juni 1958:
Single : Ferry Sonneville Vs Eddy Chong (15-12, 15-4)
Tan Joe Hok Vs The Kew san (18-14, 15-3)
Doubles : Njoo Kiem Bie/Tan King Gwan Vs Johny Heah/Lim Say Hup (7-15, 15-5, 18-15)
Ferry Sonnevile/Tan Joe Hok Vs Oei Teik Hock/Eddy Chomg (15-18, 5-15 )
Pada tanggal 15 juni 1958 Tan Joe Hok membuka malam pertandingan challenge round yang kedua dengan keunggulan 3-1. Pada awal set pertama Eddy Chong tunggal pertama Malaya seakan mampu menggagalkan kemenangan Indonesia. Permainannya sebagai juara dunia seakan telah kembali, permainanya telah menyulitkan Tan Joe Hok. Tetapi perlawanan Eddy chong hanya sampai pada poin 11 saja pada set pertama pertandingan pembuka itu.
Hasil pertandingan Malam Kedua, tanggal 15 juni 1958
Single : Tan Joe Hok Vs Eddy Chong (15-11, 15-6)
Ferry Sonnevile Vs the Kew san (13-15, 15-13, 18-16)
Eddy Jusuf Vs Abdullah Piruz (6- 15, 15-10, 15-8)
Doubles : Njoo Kiem Bie/Tan King Gwan Vs Oei Teik Hock/Eddy Chong (15-13, 9-15, retired)
Ferry Sonneviile/tan Joe Hok Vs Johny heah/Say Hup (1-15, 1-15)
Pada partai ganda pertama di set ke tiga Njoo Kiem Bie tidak dapat melanjutkan pertandingan karena cidera pada otot pundaknya, sehinnga harus mengundurkan diri.
Indonesia telah memenangkan pertandingan Challenge round atas juara bertahan malaya, dengan skor 6-3, dan pada malam itu juga kapten tim Indonesia Rameli Rikin, dengan bangga menerima piala Thomas Cup dari tangan Sir William Goode, Gubernur Singapura, sebelum itu lagu kebangsaan Indonesia raya dikumandangkan oleh suatu orkes tentara Inggris. Heah Joe Seang (ketua BAM), D.L. Bloomer, wakil ketua IBF memberikan kata sambutan pendek dan mengucapkan selamat atas suksesnya Indonesia, Bloomer memberikannya juga atas nama Sir George Thomas yang karena alasan kesehatan tidak dapat menghadiri dan menyaksikan interzone dan Challenge zone seperti sebelumnya.
SETELAH INDONESIA BERHASIL MEREBUT THOMAS CUP DI SINGAPURA
Betapa angkuhnya sikap wartawan-wartawan Singapura dan Malaya terhadap regu Indolnesia sebelum babak interzone dimulai, setelah Indonesia menundukan favorit denmark dan Muangthai, bahkan pada saat menjelang babak Challenge round mereka masih beranggapan bahwa Indonesia belum sampai pada tingkat bulutangkis juara bertahan Malaya. Namun, setelah Indonesia berhasil merebut piala Thomas dari tangan Malaya, maka para wartawan tersebut tidak ragu untuk memberi salut kepada pahlawan Indonesia, memuji keunggulan dan supremasinya sesuai keadaan yang sebenarnya.
Ferry Sonneville disebut sebagai pahlawan kemenangan Indonesia. Pertarungan sengitnya melawan the kew san disebut sebagai puncak dari semua pertandingan Thomas Cup di Singapura. Tan Joe Hok diibaratkan sebagai seorang manusia besi, seorang pemain yang memiliki persistency, accuracy, patience (ketekunan ketelitian dan kesabaran), dan dimata wartawan lain, Tan Joe Hok adalah unyelding, unrufflet, dan underfeated (pantang menyerah, tak terkoyakan dan tak terkalahkan). Seorang pemain dengan “poker face” yang bermain seperti manusia robot, satu-satunya sifat kemanusiaannya adalah mengusap-usap rambutnya yang pendek setiap mendapat poin.
Nyoo Kiem Bie Tan King Gwan adalah kombinasi yang kuat, permainan defensifnya adalah “super” luar biasa baiknya, terlalu kokoh untuk lawan yang ingin menggempur dengan Smash-smahhnya. Eddy Chong kapten regu Malaya, yang dua kali berturut-turut tidak berdaya di tangan Ferry maupun Joe Hok, tampak hancur semangantnya setelah piala Thomas berpindah tangan, namun secara sportif ia menyatakan ketika ditanya oleh wartawan “ regu kita baik, tetapi pemain-pemain Indonesia memang lebih baik”.
Pada malam pesta makan untuk Tim Thomas Cup di Cathay Restaurant ketua BAM, heah Joo Seang, yang dua pekan sebelum Challenge round sudah memesan empat botol sampanye untuk dibuka pada malam pesta kemenangan regu malaya, tidak segan memasukan kecaman-kecaman pedas dan tajam pada pemainnya yang gagal ke dalam pidato sambutannya. Sampai-sampai Eddy Chong yang merasa tersinggung tanpa terkendali lagi menangis tersedu-sedu.
TIBA DI TANAH AIR
Sebuah panitia khusus yang terdiri dari wakil-wakil berbagai instansi dan jawatan ibukota yang diketuai oleh Abdulwahab Djojohadikusumo menyambut kedatangan pahlawan Thomas Cup di bandara kemayoran. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia sebuah tim olah raga karena prestasi yang dicapainya mendapat penghormatan secara nasional.
Di gelanggang Thomas Cup di Singapura mereka tabah dalam menghadapi musuh-musuh yang lebih diunggulkan. Di Kemayoran di hadapan rakyat banyak yang terus mengelu-elukannya, didepan masyarakat ibukota yang datang memberikan sambutan luar biasa, pemain kita tampak tak sanggup menahan keharuannya. Pada saat lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan, air mata bercucuran membasahi pipi setiap pemain.
Sepanjang jalan dari kemayoran menuju istana merdeka puluhan ribu rakyat berkerumun mengelu-elukan para pahlawan Thomas Cup, yang dikawal oleh polisi lalu lintas. Di istana merdeka mereka diterima dan mendapat wejangan dari presiden Soekarno.
Penyambutan atas Ferry Sonneville, tan Joe Hok, dkk berlangsung sampai beberapa hari di ibukota, Bandung dan Surabaya.
Berharap Semua Ini Terulang Lagi ! 

http://olahraga.kompasiana.com/raket/2012/01/17/tonggak-sejarah-prestasi-bulu-tangkis-indonesia-thomas-cup-1958-428164.html


Prangko Seri "Thomas Cup"

Tanggal Penerbitan : 15 Agustus 1958

Tidak ada komentar:

Posting Komentar