Jumat, 30 Oktober 2015

TAHUN 1978

WAYANG

WAYANG - 1978
Prangko Seri : Wayang
Tanggal Penerbitan : 22 Juli 1978

TAHUN 1969 

SATELIT KOMUNIKASI

Satelit Komunikasi - Setasiun Bumi Djatiluhur



Berdirinya INTELSAT (International Telecomunication Satellite Corporation) pada tanggal 20 Agustus 1964, merupakan dimulainya dunia telekomunikasi satelit yang memiliki kemampuan untuk melakukan telekomunikasi internasional. ”Early Bird” merupakan satelit pertama INTELSAT yang diluncurkan pada tahun 1965. Maka pemerintah Indonesia telah melakukan penandatanganan perjanjian pembangunan Stasiun Bumi di Indonesia pada tanggal 9 Juni 1967, dimana Stasiun Bumi ini dapat dioperasikan dengan sistem International Telecomunication Satellite Corporation (INTELSAT) untuk penyelenggaraan telekomunikasi internasional secara modern. Dalam perjanjian tersebut telah diatur bahwa stasiun bumi yang dibangun International Telephone and Telegraph Corporation (ITT) sepenuhnya menjadi milik Indonesia. Akan tetapi sebagai kompensasinya, pemerintah Indonesia menyewakan instalansi stasiun bumi selama 20 tahun kepada ITT untuk menyelenggarakan komunikasi internasional untuk konsumen Indonesia, selain itu pemerintah Indonesia juga membebaskan pajak pembayaran selama 20 tahun. Stasiun Bumi Jatiluhur ditetapkan sebagai tempat yang ideal untuk menempatkan instalansi Stasiun Bumi Indonesia dengan dilihat dari letak geografisnya, Stasiun Bumi Jatiluhur tterletak pada 
a. LATITUDE : 6,5 DERAJAT s 
b. LONGITUDE : 107,4 DEG E 
c. ALTITUDE : 139 M ASL 
Jatiluhur ditetapkan sebagai tempat yang ideal untuk menempatkan instalansi stasiun bumi Indonesia yang pertama. Pemilihan Jatiluhur untuk pembangunan stasiun bumi didasarkan pada alasan-alasan sebagai berikut; a. Menghindari Interference (Radio Broadcast, Radio Komunikasi, Stasiun Televisi, Peralatan Industri, dan lain-lain) b. Dekat dengan sumber listrik (PLTA Jatiluhur) c. Jalur terrestrial strategis (Cimumput) d. Jauh dari pemukiman (Radiasi) e. Jauh dari kawasan Industri(Debu) f. Tidak rawan gempa Akan tetapi ada kekurangan dari pemilihan tempat tersebut yaitu petir dan tiupan angin yang besar sehingga memerlukan proteksi dengan penangkal petir, arrester, sistem grounding. Selanjutnya pada tanggal 29 September 1969 pembangunan Stasiun Bumi Jatiluhur diresmikan oleh Presiden Soeharto sekaligus menerima instalansi modern tersebut sebagai asset Negara. Pada peresmian tersebut juga ditandatangani perjanjian pemberian hak kepada ITT untuk menyelenggarakan telekomunikasi internasional via satelit selama 2 tahun. Pada awalnya Stasiun Bumi Jatiluhur hanya memiliki satu antenna (JAH-1A) yang berdiameter 27,5 meter. Seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam bidang telekomunikasi, maka Stasiun Bumi Jatiluhur membangun beberapa antenna baru yaitu JAH-2A, JAH-3A, JAH-4A, JAH-5A, JAH-6A, dan SBK. Untuk lebih jelasnya keterangan mengenai antennaantenna tersebut diatas dapat dilihat pada lampiran.*)
*) http://elib.unikom.ac.id/


Satelit Komunikasi
Tanggal Penerbitan : 29 September 1969

Kamis, 29 Oktober 2015

TAHUN 1968

OLIMPIADE MEXICO



OLIMPIADE MEXICO
Prangko Seri: Olimpeade Mexico
Tanggal Penerbitan : 12 Oktober 1968

TAHUN 1978 

CEGAH PENYAKIT DARAH TINGGI

CEGAH PENYAKIT DARAH TINGGI - 1978
Perangko Seri : Cegah Penyakit Darah Tinggi
Tanggal Penerbitan : 17 Juni 1978

Rabu, 28 Oktober 2015

TAHUN 1978

WORLD CUP



Prangko Seri : World Cup
Tanggal Penerbitan : 01 Juni 1978

Selasa, 27 Oktober 2015

TAHUN 1978

ORGANISASI PEMBEBASAN PALESTINA


1978 - ORGANISASI PEMBEBASAN PALESTINA

1978 - ORGANISASI PEMBEBASAN PALESTINA
Prangko Seri : Organisasi Pembebasan Palestina
Tanggal Penerbitan : 15 Mei 1978

Senin, 26 Oktober 2015

TAHUN 1978

PENINGKATAN PENGGUNAAN AIR SUSU IBU




Prangko Peringatan : Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu
Tanggal Penerbitan : 07 April 1978

Minggu, 25 Oktober 2015

TAHUN 1978

KONPERENSI UNDP

KONPERENSI UNDP
KONPERENSI UNDP


KERJASAMA TEHNIK ANTAR NEGARA-NEGARA BERKEMBANG
Bagi Indonesia, khususnya Kementerian Luar Negeri, kerja sama teknik merupakan bagian integral dari kebijakan luar negeri. Kerja sama teknik adalah salah satu alat yang mendukung upaya-upaya diplomasi RI di forum bilateral, regional maupun internasional. Seiring dengan meningkatnya kapasitas Indonesia, sejak tahun 1981 Indonesia bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency  (JICA) memberikan bantuan teknik kepada negara-negara berkembang di kawasan Asia, Afrika, Pasifik, bahkan Amerika Latin. Bantuan teknik yang diberikan berupa pelatihan dan pengiriman tenaga ahli. Hingga saat ini ribuan peserta dari banyak negara di dunia telah berkunjung ke Indonesia untuk mengikuti berbagai pelatihan teknik.
Untuk lebih mengembangkan program-program kerja sama teknik tersebut, Kemlu telah membentuk Direktorat Kerja Sama Teknik, dibawah Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, pada tahun 2006. Dalam menjalankan tugasnya, Kemlu senantiasa bekerja sama dengan instansi teknis, LSM dan nara sumber yang kompeten di dalam penyelenggaraan program-program kerja sama tekniknya. Tidak dapat dipungkiri ada pihak-pihak yang skeptis terhadap manfaat bantuan teknik bagi Indonesia, terutama mereka yang mengukur hasilnya dari sesuatu yang “tangible” dan dapat dirasakan serta merta, padahal dampak dari kerja sama teknik bisa saja “intangible”. Pada dasarnya kerja sama teknik adalah proses panjang yang dampaknya baru dapat dirasakan di masa mendatang.
I. Pembentukan
Perkembangan kerja sama teknik Indonesia tidak dapat dilepaskan dari upaya-upaya PBB untuk membantu negara-negara berkembang dalam mengatasi ketertinggalannya. Konferensi PBB di Argentina pada tahun 1978 dapat dikatakan bersejarah karena telah melahirkan  Buenos Aires Plan of Action (BAPA) yang menjadi tonggak bagi Kerja sama Teknik antar Negara Berkembang (KTNB). Majelis Umum PBB melalui berbagai resolusi dan keputusannya telah menegaskan arti penting dan validitas KTNB. Semua negara dan badan-badan PBB telah dihimbau untuk melaksanakan rekomendasi-rekomendasi yang ada di BAPA.
KTNB yang pada dasarnya adalah kerja sama teknik Selatan-Selatan, bertujuan untuk mewujudkan kemandirian dan percepatan pembangunan di negara-negara berkembang. Kerja sama teknik juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kemitraan antar negara. Melalui berbagai kegiatan dalam kerangka kerja sama teknik, diharapkan akan terjadi saling tukar informasi, pengalaman serta menciptakan dasar yang kuat bagi kerja sama antara Indonesia dan negara-negara peserta. Melalui kerja sama Selatan-Selatan ini negara-negara berkembang diharapkan dapat saling membantu dalam pembangunan untuk mengurangi ketergantungan kepada negara maju dan mengejar ketertinggalannya, terutama mengingat adanya kecenderungan jenuhnya bantuan negara-negara maju atau aid fatique kepada negara-negara berkembang.
Indonesia telah banyak belajar dari negara-negara maju.
Seiring dengan meningkatnya kapasitas Indonesia, baik kapasitas SDM maupun kapasitas kelembagaan, sejak tahun 1981 Indonesia bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency  (JICA) mulai memberikan bantuan teknik dalam rangka program KTNB kepada negara-negara berkembang di kawasan Asia, Afrika, Pasifik, bahkan Amerika Latin, dalam bentuk pelatihan dan pengiriman tenaga ahli. Melalui berbagai program tersebut, ribuan peserta telah berkunjung ke Indonesia untuk mengikuti berbagai pelatihan.
Untuk mengembangkan program-program kerja sama teknik tersebut, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia membentuk Direktorat Kerja Sama Teknik pada tahun 2006. 
Direktorat ini bertugas untuk menjalankan program-program di mana negara-negara berkembang lainnya dapat meningkatkan kapasitasnya, mengembangkan kemitraan antar negara, memahami budaya serta tradisi Indonesia dan mempromosikan kapasitas yang dimiliki Indonesia. Selain itu, Direktorat Kerja Sama Teknik juga bertujuan untuk memperkuat dan mengembangkan kerja sama teknik Indonesia dalam kerangka pembangunan dan kerja sama internasional. Direktorat ini bertugas untuk memajukan kerja sama teknik di berbagai bidang, termasuk politik, keamanan, ekonomi, keuangan, pembangunan, sosial budaya, dan iptek.
Berdirinya Direktorat Kerja Sama Teknik telah memberikan ruang yang lebih luas bagi Indonesia untuk memberikan bantuan teknik bagi negara-negara lain, melalui program pelatihan, pengiriman ahli, lokakarya, pemagangan dan pemberian bantuan peralatan yang dibiayai oleh APBN. Berbagai pengalaman Indonesia telah dibagikan kepada negara-negara berkembang lain yang membutuhkan. Topik dan isu-isu baru yang menjadi perhatian dan kepentingan negara-negara berkembang telah pula dituangkan menjadi topik pelatihan seperti perubahan iklim, energi terbarukan, pertanian, kehutanan, penanggulangan bencana, perikanan, kredit mikro, pemberdayaan perempuan serta demokrasi dan good governance. Dengan demikian, Indonesia tidak lagi menjadi Negara penerima semata, namun telah juga menjadi pemberi, atau pada tingkatan tertentu telah menjadi donor atau resource country.
Meningkatnya status Indonesia sebagai negara donor atau lebih tepatnya negara pemberi bantuan pembangunan bukan berarti Indonesia tidak lagi membutuhkan bantuan teknik dari negara maju dan lembaga donor internasional baik dalam bentuk keuangan, tenaga ahli atau narasumber serta peralatan. Sebagai negara berkembang Indonesia tetap memerlukan peningkatan kapasitas untuk mengejar ketertinggalannya dari negara-negara maju. Masa depan kerja sama teknik Indonesia akan sangat tergantung kepada beberapa hal seperti ketersediaan anggaran, SDM dan kelembagaan. Adanya suatu lembaga yang kuat dan berfungsi penuh sebagai pelaksana kerja sama teknik dan didukung oleh anggaran yang kuat pula, akan menjamin “sustainability” program-program kerja sama teknik Indonesia.
II. Kegiatan

Bagi Indonesia, khususnya Kementerian Luar Negeri,  kerja sama teknik merupakan bagian integral dari kebijakan luar negerinya, kerja sama teknik menjadi alat diplomasi yang akan mendukung upaya-upaya diplomasi RI di forum bilateral, regional maupun internasional. Namun demikian, Kementerian Luar Negeri tidak mengesampingkan aspek teknisnya yakni alih teknologi, pengetahuan dan pengalaman dalam setiap bantuan tekniknya. Oleh karenanya Kemlu senantiasa bekerja sama dengan instansi teknis, LSM dan nara sumber yang kompeten di dalam penyelenggaraan program-program kerja sama tekniknya. Program-program tersebut, telah memberikan manfaat bagi negara berkembang lain sesuai dengan kebutuhan negara penerima. Tidak dapat dipungkiri ada pihak-pihak yang skeptis terhadap manfaat bantuan teknik bagi Indonesia, terutama mereka yang mengukur hasilnya dari sesuatu yang “tangible” dan dapat dirasakan serta merta, padahal dampak dari kerja sama teknik bisa saja “intangible”. Pada dasarnya kerja sama teknik adalah proses panjang yang dampaknya baru dapat dirasakan di masa mendatang.
Di dalam penentuan program kerja sama teknik, prioritas kebijakan luar negeri RI selalu menjadi rujukan. Selain itu, permintaan khusus dari negara lain juga menjadi dasar perumusan program sepanjang Indonesia memiliki kapasitas. Mengenai pembiayaan, Indonesia memiliki empat skema pembiayaan yaitu melalui rupiah murni (APBN), kerja sama segi tiga dengan donor, pembiayaan bersama antara Indonesia dengan negara penerima, serta  pembiayaan penuh dari negara donor atau organisasi internasional. Dalam konteks nasional, Kemlu dan instansi teknis telah bekerja sama di dalam pembiayaan program. Kerja sama segitiga di dalam penyelenggaraan program peningkatan kapasitas sangat diperlukan dalam rangka menjaga keberlanjutannya (sustainability), karena membutuhkan biaya yang besar, sedangkan Indonesia masih menghadapi kendala anggaran.
Kegiatan Direktorat Kerja sama Teknik menekankan pada program pembangunan mandiri yang berorientasi pada tindakan, pragmatis dan realistis. Sejak pembentukannya Direktorat Kerja sama Teknik bersama dengan Kementerian teknis, organisasi internasional, berbagai institusi dan LSM telah menyelenggarakan berbagai program peningkatan kapasitas untuk negara-negara berkembang di wilayah Asia Pasifik dan Afrika. Beberapa negara yang pernah mengikuti dalam berbagai pelatihan tersebut adalah: Afganistan, Aljazair, Bangladesh, Brunei Darussalam, China, Ethiopia,Filipina, Fiji, India, Iran, Jepang, Kamboja, Kenya, Kiribati, Laos, Madagaskar, Malaysia, Maldives, Myanmar, Mozambik, Namibia, Nepal, Nigeria, Palau, Pakistan, Papua Nugini, Samoa, Solomon Islands, South Africa, South Korea, Sri Lanka, Sudan, Tanzania, Thailand, Timor Leste, Tuvalu, Uganda, Uzbekistan, Vanuatu, Vietnam, dan Zimbabwe.
III. Kegiatan yang telah dilaksanakan Direktorat Kerja Sama Teknik
Program Pelatihan tahun 2007 - 2008
1. Technical Assistance on Bamboo Craftmanship for Republic of Fiji Island, Nausori, May 2007.
2.  Training on Microfinance: Establishing and Managing Micro Finance Institution. Jakarta and Bandung, June 2007. 
3. Skill Training on Wood Carving for the Lao PDR, Viantianne, November - December 2007.
4. Apprenticeship Program for Fijian Farmers in Indonesia. Kuningan, Sukamandi, dan Ciawi, July – September 2007.
5.  Regional Workshop on Enhancing Energy Security through Community Based Micro Hydro Technology. Jakarta, August 2007.
6. International Workshop on Women Empowerment in Economic Development: Promoting Women’s Productivity,  Jakarta, Indonesia, April 2008.
7. Apprenticeship for Gambian Farmers in Indonesia. Jakarta and Kuningan, Indonesia, March-June 2008.
8. International Training Program on Microfinance for Cambodia, Lao PDR, Myanmar, Viet Nam, Papua, New Guinea and Timor Leste, Makassar, Indonesia, April 2008.
9. International Training Workshop on Development of Renewable Energy: Its Role in Rural Socio-Economic Development, Bandung dan Subang, Indonesia, May 2008.
10. International Training Program on Business Incubator to Develop Small and Medium Enterprises for Palestine, Jakarta, Indonesia, July 2008.
11.International Training Program on TV Documentary Program Production, Yogyakarta, Indonesia, July 2008.
12. International Workshop on Enhancing South-South Cooperation Roles on Disaster Risk Management, Jakarta dan Yogyakarta, Indonesia, October 2008.
13. International Training Program on Democratization and Good Governance, Jakarta, Indonesia, October 2008.
14. International Training Program on Microfinance for Asia-Africa Countries: Establishing and Managing Microfinance Institution, Jakarta and Yogyakarta, Indonesia, October 2008.
Program Pelatihan tahun 2009
1. International training Workshop on Women Empowerment on Information Technology, Jakarta, Indonesia, March 2009
2. Apprenticeship Program for Asian and African Farmers, Sukamandi, Kuningan, Lembang, Indonesia, April-June 2009.
3. International Training Workshop on Multi Disaster Risk Management : Focusing on Forest Rehabilitation for Timor Leste, Kupang,Indonesia, May 2009.
4. International Training Program on Intensive Shrimp Culture for South Asian and Southeast Asian Countries, Jepara, Indonesia May 2009.
5. International Training Program on Grouper Nursery for Asia and African Countries, Situbondo, Indonesia, May-June 2009.
6. International Workshop on Disaster Risk Management Focusing on: Strategic Planning in South-South Cooperation, Jakarta, Indonesia, June 2009. 
7. International Training Program on Renewable Energy: Micro Hydro Energy End-Use Productivity for Rural Economic Development for Asia-Pacific Countries, Bandung, Indonesia, June 2009.
8. International Training Program on Fishing Technology and Navigation for Pacific Countries, Semarang, Indonesia, June-July 2009.
9. International Training on Appropriate Mechanization and Water Management for Dry Land Agriculture in African Countries, Bogor, Indonesia, August 2009
10. Apprenticeship Program for Timor Leste in SME’s Development, Bekasi, Indonesia, November-December 2009.
Program Pelatihan tahun 2010
1. Apprenticeship Program for Mozambican Farmers in Indonesia, Jakarta, West Java, Yogyakarta, Indonesia, March-may 2010.
2. International Training Program on Handling Freshwater Pests and Fish Diseases for Asia and Pacific Countries, Sukabumi, Indonesia, April 2010.
3. International Training Workshop on Micro Hydro Development to Empower Rural Economic in Remote Areas, Bandung, Indonesia, May 2010.
4. International Training Program on Poverty Reduction, Yogyakarta, Indonesia, June 2010.
5. International Training Program on Forest Rehabilitation for Timor-Leste, Yogyakarta, Indonesia, July 2010.
6. International Training Program on Local Economic Development Through Business Development Services, Yogyakarta, Indonesia, June 2010.
7. International Training Program on Business Incubator to Develop Small and Medium Enterprises: Focusing on Creative Industry, Bandung, Indonesia, July 2010.
8. International Training Program on TV Documentary Program Production, Yogyakarta Indonesia, July-August 2010.
9. International Workshop on Democratic Leadership for Asian and Pacific Countries: Building the Nation, Reforming the State and Developing the Economy, Bali, Indonesia, October 2010.
Program Pelatihan tahun 2011
1. International Training Program on Post Harvest Technology on Fruits and Vegetables, Lembang, Indonesia, April 2011.
2. Apprenticeship Program for Comorian Farmers in Indonesia, Jakarta, Yogyakarta, Kuningan, Lembang, Indonesia, April-May 2011.
3. Dispatch of Indonesian Agriculture Experts to Tanzania and Gambia, Mkindo Morogoro, Gambia, April-June 2011 & Jenoi, Gambia, September-November 2011.
4. International Training Program on Ecotourism for Pacific Countries, Yogyakarta, Indonesia, April-May 2011. 
5. International Workshop on Appropriate Waste Management Technologies, Denpasar, Indonesia, July 2011. 
6. International Workshop on Multi Disaster Risk Management, Banda Aceh, October 2011.
7. Training Program on Business Incubator Management in Palestine, Ramallah, Palestine, November 2011
8. International Training Program on Public Administrative Reform for Good Governance, Jakarta, Indonesia, September 2011. 
9. International Training Program on Forestry for Timor-Leste, Kupang, Makassar, Indonesia, July, October & November 2011.
10. Dispatch of Indonesia Language Teacher and Angklung Instructor to Timor-Leste, Dili, Timor-Leste, October-November 2011.
Program Pelatihan yang telah dilaksanakan hingga bulan Mei 2012:
1. International Training Program on Post-Harvest Technologies on Fruits and Vegetables, Lembang, 9-18 April
2. Workshop on the Strengthening of Technical Cooperation through Public-Private Partnership, Jakarta, 12 April
3. Dissemination of Implementing Agencies’ Facilities to Development Partners, Yogyakarta, 23-26 April
4. International Training Program on Agriculture Water Management for African Countries” di Jakarta dan Jawa Barat (Cikampek, Purwakarta, Cicalengka, Subang dan Bandung), 8-18 April 2012
5. International Training Program on Freshwater Aquaculture for Asian, Pasific, and African Countries, Jakarta dan Jawa Barat, 6-15 Mei 2012

dari :WWW.KEMLU.GO.ID

Prangko Seri : Konperensi UNDP
Tanggal Penerbitan : 27 Maret 1978

TAHUN 1969

PELITA



Prangko Seri : PELITA
Tanggal Penerbitan : 17 Agustus 1969

Kamis, 22 Oktober 2015

TAHUN 1979 

PAMERAN TELEKOMUNIKASI SEDUNIA

PAMERAN TELEKOMUNIKASI SEDUNIA

PAMERAN TELEKOMUNIKASI SEDUNIA

Prangko Seri : Pameran Telekomunikasi Sedunia
Tanggal Penerbitan 20 September 1979


Rabu, 21 Oktober 2015

TAHUN 1979

TAHUN ANAK-ANAK INTERNASIONAL



Prangko Seri : Tahun Anak-anak Internasional
Tanggal Penerbitan : 4 Agustus 1979

Selasa, 20 Oktober 2015

Tahun 1975 

MONUMEN PERJUANGAN 45

MONUMEN PERJUANGAN 45

MONUMEN PERJUANGAN 45
PRANGKO SERI : MONUMEN PERJUANGAN 45
TANGGAL PENERBITAN : 10 NOVEMBER 1975

Minggu, 18 Oktober 2015

TAHUN 1975 

KELUARGA BERENCANA


KELUARGA BERENCANA 1975

KELUARGA BERENCANA 1975

Kamis, 15 Oktober 2015

TAHUN 1968

POS KILAT






Prangko Seri : Pos Kilat
Tanggal Penerbitan : 1 Oktober 1968

TAHUN 1969

PARIWISATA


PARIWISATA 1969
LEAK

Dalam mitologi BaliLeak adalah penyihir jahat. Le artinya penyihir dan ak artinya jahat. Leak hanya bisa dilihat di malam hari oleh para dukun pemburu leak. Di siang hari ia tampak seperti manusia biasa, sedangkan pada malam hari ia berada di kuburan untuk mencari organ-organ dalam tubuh manusia yang digunakannya untuk membuat ramuan sihir. Ramuan sihir itu dapat mengubah bentuk leak menjadi seekor harimaukerababi atau menjadi seperti Rangda. Bila perlu ia juga dapat mengambil organ dari orang hidup.
Leak di Bali kerap diidentikkan dengan prilaku jahat para penganut ajaran kiri atau pengiwa yakni berupa kepala manusia dengan organ-organ yang masih menggantung di kepala tersebut. Leak dikatakan dapat terbang untuk mencari wanita hamil, untuk kemudian menghisap darah bayi yang masih di kandungan. Ada tiga leak yang terkenal. Dua di antaranya perempuan dan satu laki-laki.
Menurut kepercayaan orang Bali, Leak adalah manusia biasa yang mempraktekkan sihir jahat dan membutuhkan darah embrio agar dapat hidup. Dikatakan juga bahwa Leak dapat mengubah diri menjadi babi atau bola api, sedangkan bentuk Leak yang sesungguhnya memiliki lidah yang panjang dan gigi yang tajam. Beberapa orang mengatakan bahwa sihir Leak hanya berfungsi di pulau Bali, sehingga Leak hanya ditemukan di Bali.
Adaw seseorang menusuk leher Leak dari bawah ke arah kepala pada saat kepalanya terpisah dari tubuhnya, maka Leak tidak dapat bersatu kembali dengan tubuhnya. Jika kepala tersebut terpisah pada jangka waktu tertentu, maka Leak akan mati.
Topeng berwujud wajah menakutkan dengan taring mencuat dan lidah menjulur keluar disebut celuluk yang merupakan leak paling rendah nilainya di Bali.
Sumber : Wikipedia
Prangko Seri Pariwisata
Tanggal Penerbitan : 1 July 1969


Rabu, 14 Oktober 2015

TAHUN 1979

4 WINDU HARI KOPERASI INDONESIA



Prangko Seri : 4 Windu Hari Koperasi Indonesia
Tanggal Penerbitan : 12 Juli 1979

Senin, 12 Oktober 2015

TAHUN 1979

SEA GAMES X DI JAKARTA

SEA GAMES X DI JAKARTA

SEA GAMES X DI JAKARTA
Prangko Seri : Sea Games X di Jakarta
Tanggal Penerbitan : 21 Juni 2017

TAHUN 1979

POS UDARA - PAMERAN PHILATELI PORKES POS DAN GIRO 5-8 JUNI 1979 DI MALANG



TAHUN 1974 

PERTAMINA






Minggu, 11 Oktober 2015

TAHUN 1976

PEKAN PENGHIJAUAN NASIONAL KE XVI


Pekan Penghijauan Nasional ke XVI

Pekan Penghijauan Nasional ke XVI
PEKAN PENGHIJAUAN NASIONAL

Peringatan Tahunan Pekan Penghijauan Nasional diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 17 Desember 1961 di kawasan Puncak Bogor Jawa Barat dan kemudian dilaksanakan pada setiap bulan Desember. Pekan tersebut dimaksudkan sebagai acara puncakuntuk kegiatan penyuluhan dan diseminasi tentang pentingnya pelestarian hutan, tanah dan air. Masyarakat peserta diberikan bibit untuk ditanam.
Deskripsi Program
Periode Program       : 35 tahun (1961-1995)
Total Luas                 : 1024 ha
Lokasi                       : Jawa, Sumatera, Sulawesi, kalimantan, Bali, Ambon, Nusa Tenggara Barat dan                                     Nusa Tenggara Timur (35 lokasi)
Lembaga Pendanaan : Pemerintah Indonesia
Instansi Pelaksana     : Pemerintah Indonesia
Penerima Manfaat     : Masyarakat Setempat
Species yang             : Species cepat tumbuh seperti Acacia Mangium, Acacia Auriculiformis,             ditanam                        Paraserianthes falcataria, Pinus Merkusil.
                                     Pohon buah-buahan seperti Mangga (Mangifera Indica), Nangka (Arthocarpus                                      Heterophylla), Durian (durio zibhetinus), rambutan (Nephelium Lappaceum)
Tujuan:
Tujuan dari program tersebut adalah menigkatkan danmengembangkan partisipasi masyarakat dalam usaha pelestarian hutan, tanah dan air serta meningkatkan dan mengembangakan inisiatif masyarakat untuk menjaga kondisi sumber daya alam (hutan, tanah dan air)

Manfaat Utama dari Program:
1. Program merupakan prasarana untuk penyuluhan
2. Areal penanaman digunakan oleh masyarakat setempat untuk tujuan rekreasi
3. Areal Program direhabilitasi dan dihutankan

Dampak utama dari Program:
1. Kesadaran masyarakat setempat akan pentingnya konservasi hutan, tanah dan air meningkat.
2. Masyarakat menerapkan tehnik-tehnik konservasi tanah dan air di lahannya.
3. Kegiatan Reboisasi dan penghijauan juga dilakukan di wilayah sekitar.
4.Kegiatan penghijauan, agroforestri dan kehutanan masyarakat swasembadadilakukan di lahan milik.
5. Lebih banyak program penghijauan kota dilakukan oleh masyarakat setempat.
6.Stabilitas fungsi hutan meningkat, khususnya fungsi hidrologis untuk menjaga sumber air bersih
7. Kesempatan kerja meningkat.

Sumber Ditjen RPLS 2003


Prangko Seri Pekan Penghijauan Nasional ke XVI
Tanggal Penerbitan 04 October 1976

TAHUN 1979

50 TAHUN BIRO PENDIDIKAN INTERNATIONAL



Prangko Seri : 50 TAHUN BIRO PENDIDIKAN INTERNATIONAL
Tanggal Penerbitan : 25 Mei 1979

Sabtu, 10 Oktober 2015

TAHUN 1979

100 TAHUN LAHIRNYA IBU RA KARTINI



Prangko Seri : 100 tahun Lahirnya RA Kartini
Tanggal Penerbitan : 21 April 1979

TAHUN 1976

PRESIDEN SOEHARTO

1976 - PRESIDEN SOEHARTO

1976 - PRESIDEN SOEHARTO
Prangko Seri : Presiden Soeharto
Tanggal Penerbitan : 17 Agustus 1976