Tampilkan postingan dengan label Tahun 1956. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tahun 1956. Tampilkan semua postingan

Kamis, 02 April 2015

TAHUN 1956 

200 TAHUN KOTA JOGJAKARTA


200 Tahun Kota Jogjakarta

 
Keberadaan Kota Yogyakarta tidak bisa lepas dari keberadaan Kasultanan Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi yang memperjuangkan kedaulatan Kerajaan Mataram dari pengaruh Belanda, merupakan adik dari Sunan Paku Buwana II. Setelah melalui perjuangan yang panjang, pada hari Kamis Kliwon tanggal 29 Rabiulakhir 1680 atau bertepatan dengan 13 Februari 1755, Pangeran Mangkubumi yang telah bergelar Susuhunan Kabanaran menandatangani Perjanjian Giyanti atau sering disebut dengan Palihan Nagari . Palihan Nagari inilah yang menjadi titik awal keberadaan Kasultanan Yogyakarta. Pada saat itulah Susuhunan Kabanaran kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwana Senopati Ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping I. Setelah Perjanjian Giyanti ini, Sri Sultan Hamengku Buwana mesanggrah di Ambarketawang sambil menunggui pembangunan fisik kraton.

      Sebulan setelah ditandatanganinya Perjanjian Giyanti tepatnya hari Kamis Pon tanggal 29 Jumadilawal 1680 atau 13 Maret 1755, Sultan Hamengku Buwana I memproklamirkan berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan ibukota Ngayogyakarta dan memiliki separuh dari wilayah Kerajaan Mataram. Proklamasi ini terjadi di Pesanggrahan Ambarketawang dan dikenal dengan peristiwa Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram – Ngayogyakarta. Pada hari Kamis Pon tanggal 3 sura 1681 atau bertepatan dengan tanggal 9 Oktober 1755, Sri Sultan Hamengku Buwana I memerintahkan untuk membangun Kraton Ngayogyakarta di Desa Pacethokan dalam Hutan Beringan yang pada awalnya bernama Garjitawati.

      Pembangunan ibu kota Kasultanan Yogyakarta ini membutuhkan waktu satu tahun. Pada hari Kamis pahing tanggal 13 Sura 1682 bertepatan dengan 7 Oktober 1756, Sri Sultan Hamengku Buwana I beserta keluarganya pindah atau boyongan dari Pesanggrahan Ambarketawan masuk ke dalam Kraton Ngayogyakarta. Peristiwa perpindahan ini ditandai dengan candra sengkala memet Dwi Naga Rasa Tunggal berupa dua ekor naga yang kedua ekornya saling melilit dan diukirkan di atas banon/renteng kelir baturana Kagungan Dalem Regol Kemagangan dan Regol Gadhung Mlathi. Momentum kepindahan inilah yang dipakai sebagai dasar penentuan Hari Jadi Kota Yogyakarta karena mulai saat itu berbagai macam sarana dan bangunan pendukung untuk mewadahi aktivitas pemerintahan baik kegiatan sosial, politik, ekonomi, budaya maupun tempat tinggal mulai dibangun secara bertahap. Berdasarkan itu semua maka Hari Jadi Kota Yogyakarta ditentukan pada tanggal 7 Oktober 2009 dan dikuatkan dengan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2004.*)
*) Dari http://yogyatugu.blogspot.com

Prangko : Seri "200 TAHUN KOTA JOGJAKARTA"
Tanggal Penerbitan : 7 Oktober 1956

Rabu, 01 April 2015

TAHUN 1956

PALANG MERAH INDONESIA



Prangko Seri : Palang Merah Indonesia
Tanggal Penerbitan : 26 Juli 1956

Selasa, 31 Maret 2015

TAHUN 1956 

HEWAN KECIL




Badak jawa, atau badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih ada. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak india dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya.
Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski disebut "badak jawa", binatang ini tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan tidak ada di kebun binatang. Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di bumi. Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa,Indonesia. Populasi badak Jawa di alam bebas lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan perkiraan populasi tidak lebih dari delapan pada tahun 2007. Berkurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap.[4] Berkurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga menyebabkan berkurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan. Tempat yang tersisa hanya berada di dua daerah yang dilindungi, tetapi badak jawa masih berada pada risiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik menyebabkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan untuk mengembangkan kedua bagi badak jawa karena jika terjadi serangan penyakit atau bencana alam seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung punah.[6] Selain itu, karena invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng untuk ruang dan sumber, maka populasinya semakin terdesak. Kawasan yang diidentifikasikan aman dan relatif dekat adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak Jawa.
Badak jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di alam bebas. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah dan daerah daratan banjir besar. Badak jawa kebanyakan bersifat tenang, kecuali untuk masa kenal-mengenal dan membesarkan anak, walaupun suatu kelompok kadang-kadang dapat berkumpul di dekat kubangan dan tempat mendapatkan mineral. Badak dewasa tidak memiliki hewan pemangsa sebagai musuh. Badak jawa biasanya menghindari manusia, tetapi akan menyerang manusia jika merasa diganggu. Peneliti dan pelindung alam jarang meneliti binatang itu secara langsung karena kelangkaan mereka dan adanya bahaya mengganggu sebuah spesies terancam. Peneliti menggunakan kamera dan sampel kotoran untuk mengukur kesehatan dan tingkah laku mereka. Badak Jawa lebih sedikit dipelajari daripada spesies badak lainnya.

Prangko Seri : Hewan Kecil
Tanggal Penerbitan : 26 Juni 1956




Senin, 30 Maret 2015

TAHUN 1956 

BKLL - BADAN KEAMANAN LALU LINTAS

BADAN KEAMANAN LALU LINTAS - 1956


TENTANG TAMAN LALU LINTAS

YAYASAN TAMAN LALU LINTAS ADE IRMA SURYANI NASUTION BANDUNG (YTLL-AISN) mengemban dan melaksanakan Misi dan Visi dari suatu Perkumpulan Sosial bernama PERKUMPULAN BADAN KEAMANAN LALU LINTAS (BKLL) dengan STATUS Badan Hukum SK Menteri Kehakiman RI termuat dalam tambahan Berita Negara RI tgl. 12 Maret 1961 No. 21 yang berpusat diJakarta dan mempunyai cabang-cabangnya di kota-kota besar di Indonesia dn salah satunya di Bandung didirikan sekitar tahun 1951.
MISI DAN VISI DARI PERKUMPULAN INI (BKLL) IALAH :
Memberikan PENDIDIKAN tentang PENGETAHUAN KELALU LINTASAN (Traffic Education) yang merupakan salah satu usaha kearah terciptanya lalu lintas AMAN di JALAN. Pendidikan ini diberikan sejak usia dini khususnya sejak usia Sekolah Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.
Perkumpulan Badan Keamanan Lalu Lintas beranggotakan PEJABAT-PEJABAT dari Dinas Pemerintahan dan Dinas-Dinas Pemerintahan secara Eks Officio, diantaranya dari Dinas Kepolisian, Dinas Pendidikan dan Dinas-dinas Pemerintahan lainnya yang terkait. Juga dari Organisasi sosial masyarakat seperti Palang Merah Indonesisa, organisasi kepemudaan dan sejenisnya.
BKLL Cabang Bandung diketuai oleh Nazaruddin, SH (Ajun Komisaris Polisi) yang menjabat sebagai Kepala Polisi Lalu Lintas pada sekitar tahun 1950. keanggotaannya terdiri dari pejabat-pejabat dari Dinas Pendidikan Kota Bandung dan Dinas-dinas Pemerintahan di kota Bandung lainnya yang terkait, organisasi-organisasi Sosial dan Palang Merah Indonesia Cabang Bandung.
Berbekal keyakinan bahwa pendidikan pengetahuan berlalu lintas yang benar dan baik perlu diterapkan kepada masyarakat Indonesia sejak usia dini dan seharusnya diberikan secara berkelanjutan dari generasi ke generasi berikutnya dengan harapan agar mencapai cita-cita masyarakat Indonesia yang berdisiplin sopan santun di jalan raya, maka BKLL Cabang Bandung mulai aktif melaksanakan misi dan Visinya memberikan Penyuluhan Pengetahuan Kelalulintasan kepada para guru Sekolah Dasar yang pada gilirannya mentransfer ilmu ini kepada muri-murid disekolahnya masing-masing.
Dengan adanya PPKLL (Pendidikan Keamanan Lalu Lintas) di sekolah-sekolah tersebut maka terbentuklah ditiap-tiap sekolah kelompok murid-murid yang disebut PKS (Patroli Keamanan Sekolah) yang tugasnya menjaga ketertiban dan keamanan lalu lintas di jalan di depan sekolah masing-masing, membantu menyebrangkan teman-temannya dengan aman.
Bagi murid-murid SMP/SMA dibentuk kelompok remaja yang disebut BKLL (Barisan Keamanan Lalu Lintas) yang tugasnya memberikan bantuan apabila diminta oleh fihak Dinas Kepolisian, menjaga /mengatur lalu lintas di jalan.
Sewaktu diselenggarakan Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955 di Bandung, maka anggota-anggota BKLL ini aktif membantu Dinas Kepolisian mengatur lalu lintas. Penyuluhan dan Pendidikan Keamanan Kelalu Lintas ini diadakan bertempat di kantor Polisi Lalu Lintas Bandung Jalan Cicendo atau dimasing-masing sekolahnya. Sehubungan dengan belum adanya tempat khusus untuk penyuluhan PPKLL, maka Pengurus BKLL Cabang Bandung sepakat untuk menyediakan suatu TEMPAT TERSENDIRI bagi penyenggaraan Penyuluhan Pendidikan Keamanan Lalu lintas (PPKLL), dimana anak-anak bias berlatih bagaimanan bersikap sebagai seorang pengguna jalan yang taat akan peraturan lalu lintas berdisiplin dan sopan santun berlalu Lintas.
Dengan kebulatan tekad dan kesungguhan, Bapak Nazaruddin, SH selaku penggagas ide untuk pembangunan suatu taman lalu Lintas dan Beliau selaku Ketua Pengurus BKLL Cabang Bandung, bersama para anggota BKLL Cabang Bandung lainnya menghadap kepada Walikota Bandung Alm, R. Enuch. Permohonan yang diajukan dari Pengurus BKLLL mendapat sambutan dan tanggapan dari bapak Walikota yang sangat baik dan berarti bagi BKLL.
Pada hakekatnya BKLL merupakan satu-satunya badan sosial yang non profit oriented dan berperan aktif membantu kerja permerintah khususnya Dinas Kepolisian dan Dinas Pendidikan dengan maksud dan tujuan menanamkan kesadaran masyarakat agar tercapai suasana Aman dan Tertib berlalu lintas di jalan raya.
Status
Taman lalu Lintas Bandung berstatus sebagai taman kota yang dikelola oleh Pengurus Yayasan Taman Lalu Lintas Bandung berdasarkan Akta Notaris Noezar No.58 tanggal 9 Juli 1960 yang disyahkan sebagai badan hukum dengan SK Menteri Kehakiman dan dimuat dalam tambahan Berita Negara RI No.20 21 tanggal 14-03-1961.
Berdasarkan Surat Keputusan Ketua DPRD-GR Kotamadya Bandung No. 18660/65 tertanggal 20 November 1965 nama Taman lalu Lintas Bandung ditambah menjadi Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution (TLL-AISN) Bandung. Perubahan nama ini kemudian diselaraskan dengan nama Yayasan menjadi Yayasan Taman Lalu Lintas AISN.
Keberadaan Taman Lalu Lintas AISN Bandung diperkuat dengan adanya pengukuhan oleh Walikota Bandung Bapak H. Dada Rosada dalam penandatanganan prasasti pada peringatan HUT ke-49 TLL pada tgl. 01 Maret 2007. Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution sebagai Taman Pendidikan Kelalu Lintasan dan Taman Lingkungan Hidup Kota Bandung, batu prasasti tersebut diabadikan didalam Taman Lalu Lintas.*)
*) Dari http://tamanlalulintasbandung.com/about-taman-lalu-lintas/

Prangko : Seri "Badan Keamanan Lalu Lintas"
Tanggal Penerbitan : 26 June 1956
Koleksi yang dimiliki : Sampul Hari Pertama
Jumlah Koleksi : 1 buah

Sabtu, 10 Januari 2015

Tahun 1956

ASIAN-AFRICAN STUDENT CONFERENCE 

 


Asia Africa Student Conference


Pada tanggal 30 Mei - 7 Juni 1956, Bandung menjadi tuan rumah untuk Konferensi Mahasiswa Asia Afrika (KMAA) yang diikuti oleh 28 negara. Seharusnya penyelenggaraan diadakan pada tanggal 26 Mei, tetapi pihak panitiaa mengalami kesulitan karena belum lengkapnya negara-negara yang memastikan diri hadir. Panitia konferensi ini terdiri dari  5 negara yaitu Indonesia, Jepang, Filipina, Mesir dan RRC. Sedangkan negara yang diundang adalah 46 negara. Wakil-wakil dari Tunisa, Madagaskar, Sudan dan Monaco adalah kontingen-kontingen yang pertama datang ke kota Bandung. Terpilih sebagai Ketua KMAA adalah Agusdin Aminoedin, yang juga menjadi Ketua Perserikatan Perhimpunan-perhimpunan Mahasiswa Indonesia. Konferensi ini dibuka pada 30 Mei 1956 di Gedung Bioskop Varia, sementara sidang-sidangnya berlangsung di Gedung Merdeka. *)

*) Dirangkum dari : Tulisan Irvan Sjafari di Kompasiana.com 

Prangko : Seri "ASIAN-AFRICAN STUDENTS CONFERENCE"
Tanggal Penerbitan : 26 Mei 1956
Koleksi yang dimiliki : Sampul Hari Pertama
Jumlah Koleksi : 1 buah
Koleksi ini diperoleh pada tanggal 14 Januari 2015 dari Bp. Iwan Widianto di Sidoarjo dengan harga Rp. 20.000 

Senin, 05 Januari 2015

TAHUN 1956

UNTUK ORANG BUTA



Prangko Seri : Untuk Orang Buta
Tanggal Penerbitan : 04 Januari 1956