Tampilkan postingan dengan label Tahun 1997. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tahun 1997. Tampilkan semua postingan

Minggu, 15 Maret 2015

TAHUN 1997

GERAKAN NASIONAL ORANG TUA ASUH

FOSTER PARENTS NATIONAL MOVEMENT



Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GN-OTA) adalah gerakan yang dilaksanakan secara nasional oleh masyarakat bersama pemerintah sebagai upaya untuk menumbuhkan, mengembangkan kepedulian dan peran serta masyarakat sebagai orang tua asuh, dalam rangka menunjang program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun secara koordinatif, terpadu dan berkesinambungan.
Untuk mencapai tujuannya, Lembaga GN-OTA melakukan upaya-upaya antara lain: Menghimpun data anak-anak usia sekolah yang berasal dari keluarga tidak mampu dan tidak mengikuti Wajib Belajar secara berkesinambungan; menghimpun data potensi masyarakat sebagai orang tua asuh; melakukan koordinasi kerja dengan pihak-pihak instansi dan lembaga/organisasi sosial yang terkait; menyebarluaskan informasi tentang GN-OTA; menghimpun dan menyalurkan bantuan masyarakat untuk kepentingan anak asuh.
Agar pelaksanaan gerakan ini berjalan lancar, selain di tingkat nasional dibentuk pula lembaga GN-OTA di daerah tingkat I dan daerah tingkat II serta Forum Komunikasi Orang Tua Asuh di tingkat kecamatan dan Kelompok Orang Tua Asuh di tingkat Desa/kelurahan. Bantuan kepada anak asuh diberikan dalam bentuk pakaian sekolah, peralatan sekolah dan bantuan biaya sekolah. Paket bantuan ini diserahkan sekaligus per tahun pada setiap awal tahun ajaran dan telah dimulai pada tanggal 14 November 1996. Pada dasarnya lembaga GN-OTA bukan mengambil alih tugas, peranan dan kewajiban orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak-anaknya, sehingga pemberian paket bantuan anak asuh hanya bersifat meringankan sebagian beban orang tua.
Untuk lebih memperkenalkan dan melibatkan masyarakat luas dalam gerakan ini, pada tanggal 20 Desember 1997 bertepadan dengan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional, diterbitkan prangko dan sampul hari pertama seri "Gerakan Orang Tua Asuh". Penerbitan ini merupakan kelanjutan dari penerbitan yang sama tahun lalu.

The Foster Parents National Movement (GN-OTA) is a movement convened jointly by the people and the government and is aimed to increase and spread the solidarity and participation of people to become foster parents in order to support the National Campaign of 9-Year Compulsory Primary Education in a coordinative, integrated and sustainable way.
To achieve these goals, the GN-OTA Institution carries out tasks such as; Collecting data on school age children coming from poor families; Collecting data on people potential to become foster parents; Coordinating with related social institution; Disseminating information on GN-OTA; Collecting and distributing donations to those who need.
To make the movement run well, in addition to a National Coordinator, similar institutions are also established at the provincial, regency, district, and even the village level. Donations to the children are given in the form of school uniforms,school equipment and tuition fees. Donations are given at the beginning of the curriculum year starting from 14 November 1996. The Purpose of the GN-OTA institution is not to replace parents roles and duties, but to give donations that will lighten the burden of some parents.
In order to make the movement more widely known and to involve people in the movement, a series of stamps and a first day cover are issued on 20 December 1997 to coincide with the "National Social Solidarity Day". This series is the continuation of the same series last year.

*) Disadur dari Sampul Hari Pertama  "Gerakan Nasional Orang Tua Asuh", terbit pada tanggal 20 Desember 1997 


Prangko : Seri "GERAKAN NASIONAL ORANG TUA ASUH"
Tanggal Penerbitan : 20 Desember 1997
Koleksi yang dimiliki : Sampul Hari Pertama
Jumlah Koleksi : 1 buah


Selasa, 10 Maret 2015

TAHUN 1997

ASCOPE 97




Pembentukan organisasi regional di kawasan Asia Tenggara terutama ditujukan untuk perdamaian, stabilitas dan kemakmuran kawasan. Dewan Minyak ASEAN atau Asean Council on Petroleum (ASCOPE) didirikan tanggal 15 Oktober 1975 di Jakarta dengan ditandatanganinya Deklarasi ASCOPE oleh lima negara yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Tahun 1985 Brunai Darussalam bergabung sebagai anggota keenam.
Sejak pendiriannya, ASCOPE berfungsi sebagai forum dan mekanisme bagi kerjasama regional dalam segala aspek industri perminyakan. Pertimbangan utama dalam pembentukan ASCOPE adalah kesadaran akan pentingnya minyak dan perannnya yang vital dalam pembangunan ekonomi di negara-negara Asia Tenggara.
Tujuan ASCOPE, sesuai dengan tujuan ASEAN, termasuk mempromosikan kerjasama aktif dan saling menguntungkan melalui usaha bersama dalam semangat kesetaraan dan kemitraan, kerjasama dalam efisiensi penggunaan minyak, menyediakan bantuan dalam pelatihan, dan menyelenggarakan konferensi dan semninar, dan lain-lain.
ASCOPE Conference & Exhibition merupakan tempat bagi para wakil dan eksibitor dalam bidang perminyakan saling tukar informasi, gagasan dan memperkenalkan perkembangan teknologi dan peralatan terbaru, serta mengali peluang bisnis. ASCOPE '97 akan diselenggarakan di Jakarta dari tanggal 24 sampai 28 November 1997.
Prangko seri "ASCOPE 97" ini diterbitkan bersamaan dengan pembukaan konferensi, tanggal 24 November 1997. Seri ini terdiri dari empat buah desain dengan harga nominal masing-masing Rp. 300. *)
*) dari Pengumuman Filateli "ASCOPE 97"

Prangko : Seri "ASCOPE 97"
Tanggal Penerbitan : 24 November 1997
Koleksi yang dimiliki : Sampul Hari Pertama
Jumlah Koleksi : 1 buah

Minggu, 08 Maret 2015

TAHUN 1997

TRANSPORTASI



Transportasi tak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia. Sejak awal sejarah, manusia memanfaatkan binatang untuk transportasi. Kuda, unta dan gajah merupakan binatang yang sangat bermanfaat karena dapat dikendarai dengan kecepatan yang lebih tinggi daripada yang dapat dicapai manusia.
Transportasi dengan alat di masa awal terfokus pada penggunaan arus air dengan dibuatnya rakit, perahu dan kapal. Perkembangan yang berarti dalam pergerakan manusia adalah ditemukannya roda, salah satu penemuan terbesar sepanjang masa. Keberadaan roda membuat pemanfaatan kuda atau binatang lain lebih produktif.
Namun transformasi yang paling mendasar dalam dunia transportasi adalah penemuan mesin uap oleh James Watt pada abad ke 18. Sejak itu, mesin uap dipakai oleh kapal laut, mobil, serta kereta api. Setelah Wright bersaudara berhasil terbang pada tahun 1903, manusia memasuki babak baru dalam bidang transportasi. Pada masa kini manusia sulit menjalankan aktivitasnya tanpa bantuan alat-alat transportasi.
Sejak 1971 Indonesia memperingati tanggal 17 September sebagai Hari Perhubungan Nasional. Peringatannya tahun ini ditandai dengan penerbitan prangko seri "Transportasi" yang menampilkan tema Perkembangan Transportasi di Indonesia. Seri ini terdiri dari empat prangko, masing-masing menampilkan perkembangan transportasi jalan raya, kereta api, laut dan udara.
Perkembangan transportasi darat digambarkan dengan pedati, kendaran yang pertama kali digunakan Damri pada masa perjuangan; bus Internasional Harvester untuk melayani angkutan antar kota di Pulau Jawa; bis pariwisata di Sumatra, Java dan Bali; serta bis masa depan yang digunakan untuk angkutan kota dan bandara.
Perkembangan kereta api tergambar dari empat macam lokomatif; Lokomotif pertama di Indonesia dengan menggunakan mesin uap, lokomotif diesel, lokomotif listrik, dan lokomotif modern.
Empat macam angkutan laut menunjukkan perkembangan transportasi laut, masing-masing perahu Lette dari Madura, kapal kargo konvensional, kapal kargo "full container", dan kapal masa depan.
Perkembangan transportasi udara dimulai dengan penggunaan Pesawat Seulawah oleh Garuda Indonesia. Kini melalui IPTN Indonesia sudah sanggup memproduksi pesawat udara sendiri, yakni CN-235, CN-250 dan N-2130 yang akan diluncurkan tahun 2004.*)
*) Dari sampul hari pertama Seri "Tranportas" terbit pada tanggal 17 September 1997

Prangko Seri "Transportasi"
Tanggal Penerbitan : 17 September 1997

Koleksi yang dimiliki : Sampul Hari Pertama
Jumlah Koleksi : 1 buah


Sabtu, 07 Maret 2015

TAHUN 1997

MUSABAQAH TILAWATIL QUR'AN NASIONAL KE-18



Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) Nasional merupakan sebuah festival pemuliaan Al-Qur'an yang bertujuan antara lain mendorong kecintaan umat iIslam terhadap Al-Qur'an dan meningkatkan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan nasional ini diselenggarakan pertama kali pada tahun 1968 di Makasar (kini Ujung Pandang)
Pada awal penyelenggaraannya MTQ tingkat nasional dilaksanakan tiap tahun. Namun untuk memberikan kesempatan kepada masing-masing provinsi melakukan seleksi, sejak tahun 1997 kegiatan ini dilaksanakan tiap dua tahun. Kini diperjarang lagi menjadi kegiatan tiga tahunan.
Tahun 1997 ini MTQ Nasional diadakan untuk kali ke-18, mengambil tempat di kota Jambi. Dari tanggal 9 sampai 15 Juli 1997, sekitar 2.000 peserta dan offisial dari 27 Provinsi di Nusantara akan berkumpul di kota ini untuk berkompetisi dalam tujuh macam perlombaan, yaitu: Tilawatil Qur'an (membaca dengan penilaian pada tajwid, lagu dan suara), Hifzhil Qur'an (MenghafalAl-Qur'an), Tafsir Qur'an Juz XVII, Tartilil Qur'an (membaca dengan aturannya untuk kategori anak-anak), Fakhmil Qur'an (cerdas cermat tentang kandungan Al-Qur'an) Syarhil Qur'an (mensyarahkan Al-Qur'an) dan Khatlil Qur'an (menulis indah/kaligrafi)
Bertepatan dengan pembukaan MTQ oleh Presiden Soeharto, diterbitkan prangko seri "MTQ ke-18" yang terdiri dari dua desain. Desain pertama dengan kopur Rp. 300,00 menggambarkan gerbang lokasi MTQ yang berupa hiasan tradisional rumah adat Jambi. Desain kedua dengan kopur Rp. 700,00 menampilkan mesjid "Al-Ikhsaniah". Mesjid tua di daerah Olak Kemang Jambi ini merupakan satu-satunya mesjid di Jambi yang pembangunannya mendapat bantuan dari pemerintahan kolonial Belanda. *)
*) Dari Pengumuman Filateli "Musabaqah Tilawatil Qur'an Nasional ke-18"

Prangko : Seri "MUSABAQAH TILAWATIL QUR'AN NASIONAL KE-18"
Tanggal Penerbitan : 9 Juli 1997
Koleksi yang dimiliki : Sampul Hari Pertama
Jumlah Koleksi : 1 buah


 


Kamis, 05 Maret 2015

TAHUN 1997

PENDUDUK INDONESIA KE-200 JUTA





Selasa, tanggal 4 Februari 1997 mempunyai makna istimewa bagi bangsa Indonesia. Pada hari itulah penduduk Indonesia secara resmi mencapai angak 200 juta. Lahirnya bayi ke-200 juta tersebut meneguhkan status Indonesia sebagai negara dengan penduduk paling banyak keempat seduania setelah Cina (1,2 milyar), India (900 Juta), Amerika Serikat (250 juta). Kelahiran penduduk Indonesia ke-200 juta ini merupakan peristiwa penting bagi bangsa Indonesia, bukan karena tercapainya angka tersebut, tapi karena keberhasilan menunda pencapaiannya untuk waktu sekian lama berkat suksesnya program Keluarga Berencana (KB). Saat pertama kali dicanangkan tahun 1969, program KB mendapat hambatan dan tentangan baik budaya maupun agama. Namun terbukti berkat KB Indonesia berhasil menekan tingkat pertumbuhan penduduk dari 2,32 persen pada periode 1970/1980 menjadi 1,98 persen pada periode 1980/1990 dan tinggal 1,66 persen saat ini, dengan kecenderungan terus menurun.
Berdasarkan perhitungan resmi, penduduk Indonesia saat ini bisa mencapai 217 juta andai saja tanpa pengendalian jumlah penduduk. Angka 200 juta dapat tercapai pada tahun 1991 atau sebelumnya. Dengan tingkat kelahiran lebih dari 8.000 sehari, PBB memperkirakan bahwa Indonesia akan mencapai tingkat pertumbuhan penduduk nol pada pertengahan abad 21 saat populasinya mencapai angka 350 juta.
Menandai peristiwa penting dan istimewa ini, Presiden Soeharto menghadiahkan sertifikat kelahiran khusus pada seluruh bayi yang dilahirkan pada tanggal 4 Februari 1997 yang berjumlah 8.778 dan memilih salah seorang yang secara resmi dinyatakan sebagai penduduk Indonesia ke-200 juta. Badan Koordinasi  Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menominasikan 81 orang bayi yang memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu: bayi harus lahir dari pasangan suami istri yang sah; bayi adalah anak pertama, atau anak kedua atau maksimal ketiga dengan jarak kelahiran dengan kakaknya minimal 3 tahun; usia sang ibu pada saat pernikahan harus di atas 20 tahun; sang ibu adalah akseptor KB dan selama masa kehamilan mendapat perawatan dan pemeriksaan yang memadai; bayi lahir dalam keluarga dengan latar belakang sosial yang baik.
Pilihan jatuh pada seorang bayi yang dilahirkan di Desa Jerowaru, Kecamatan Kruak, Lombok Timur, sekitar 40 km dari Mataram, Ibukota Nusa Tenggara Barat. Presiden Soeharto menamai bayi beruntung tersebut Wahyu Nusantaraaji yang secara harfiah berarti "Anugerah Berharga bagi Indonesia". Sementara itu PT Pos Indonesia menjadikannya anak angkat dan menjamin pendidikannya dengan bea siswa untuk belajar setinggi-tingginya.*)

*) Dari Sampul Hari Pertama " Penduduk Indonesia ke-200 juta" terbit pada tanggal 24 Maret 1997

Prangko : Seri "Penduduk Indonesia ke-200 Juta"
Tanggal Penerbitan : 24 Maret 1997
Koleksi yang dimiliki : Sampul Hari Pertama
Jumlah Koleksi : 1 buah