Tampilkan postingan dengan label Tahun 1993. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tahun 1993. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 14 Februari 2015

TAHUN 1993

KEBUDAYAAN INDONESIA

INDONESIA ART AND CULTURE 1993

 



TARI GENDING SRIWIJAYA
Gending Sriwijaya merupakan salah satu tarian tradisional khas Palembang, Sumatera Selatan. Sebenarnya ini tidak hanya sekedar tarian tetapi juga merupakan sebuah lagu. Melodi lagu Gending Sriwijaya digunakan sebagai pengiring untuk mengiringi tarian Gending Sriwijaya. Sesuai dengan namanya, tarian dan lagu ini menggambarkan kejayaan, keagungan, dan keluhuran kerajaan Sriwijaya yang pernah mengalami kejayaan selama bertahun-tahun dan berhasil mempersatukan wilayah Barat Nusantara

Tarian ini biasanya ditampilkan secara khusus sebagai tarian untuk menyambut tamu-tamu kehormatan seperti Duta Besar, Presiden, dan tamu-tamu agung yang lain. Sekilas, tarian ini mirip dengan Tari Tanggai. Bedanya terletak pada perlengkapan busana penari dan jumlah penarinya. Dalam sebuah pementasan, penari Gending Sriwijaya total berjumlah 13 orang. Dari 13 orang tersebut terdapat satu orang sebagai penari utama. Penari ini membawa tepak, kapur, dan sirih. Sisanya 6 orang sebagai penari pendamping, dua orang pembawa tombak, dua penari pembawa peridon atau perlengkapan tepak, satu orang pembawa payung, dan satu orang penyanyi. Pembawa payung kebesaran dan pembawa tombak adalah pria sedangkan sisanya adalah perempuan.

Tari Gending Sriwijaya dan juga lagu pengiring tarian ini dibuat pada tahun 1944. Tarian ini dibuat untuk mengingatkan kita para pemuda bahwa nenek moyang kita merupakan bangsa yang besar dan menghormati persaudaraan antar manusia dan tetap taqwa kepada Yang Kuasa. Tarian ini menggambarkan kegembiraan para gadis Palembang ketika menerima tamu kehormatan yang berkunjung ke Palembang. Dalam menyambut tamu-tamu agung tersebut, digelar pertunjukkan tarian tradisional Palembang yang salah satunya adalah tarian Gending Sriwijaya. Tari ini berasal dari kejayaan masa lalu Kerajaan Sriwijaya yang dulunya berdiri di Palembang. Dulu, kerajaan ini memang sebuah kerajaan maritim besar yang berhasil menakhlukan banyak wilayah. Ditampilkannya tarian ini ingin menunjukkan sikap tuan rumah yang gembira, ramah, terbuka, dan tulus terhadap tamu agung yang datang.

Dalam pertunjukkan tarian Gending Sriwijaya, ada 9 penari muda yang cantik-cantik menunjukkan kepiawaiannya. Penari-penari tersebut mengenakan busana Adat Aesan Gede, Dodot, Tanggai, paksangkong, dan Selendang Mantri. Mereka adalah penari inti yang didampingi oleh penari-penari lain yang membawakan tombak dan payung. Di bagian paling belakang ada penyanyi yang membawakan lirik lagu Gending Sriwijaya. Sayangnya, peran penyanyi saat ini sudah mulai tidak digunakan. Saat ini suara pengiring tersebut kebanyakan telah digantikan dengan tepa recorder. Sementara itu, bentuk asli musik pengiring tarian ini adalah gong dan gamelan. Selain penyanyi, peran pengawal kadang-kadang juga tidak digunakan sehingga hanya menampilkan penari-penari perempuan saja, khususnya jika tarian ini dipentaskan di dalam panggung tertutup atau dalam gedung.

Penari utama berada di posisi yang paling depan. Penari ini membawa tepak sebagai kapur sirih yang ingin dipersembahkan pada tamu agung yang datang. Penari ini diiringi oleh dua penari yang membawakan pridon yang terbuat dari bahan kuningan. Konon, persembahan sekapur sirih versi aslinya hanya boleh dilakukan oleh kalangan tertentu seperti putri sultan, putri raja, atau putri bangsawan. Sementara itu, pembawa pridon juga biasanya merupakan sahabat dekat atau inang pengasuh putri. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tari ini dulunya hanya boleh dilakukan di lingkungan kerajaan dan termasuk tarian yang sakral. Buktinya, sampai saat ini tarian tersebut juga hanya dipentaskan pada acara-acara tertentu ketika Palembang kedatangan tamu kehormatan. Terlepas dari itu, tari Gending Sriwijaya ini merupakan budaya khas Indonesia yang harus tetap dilestarikan agar budaya ini tidak termakan oleh kemajuan jaman dan modernisasi.*)
 *)WWW.PUSAKA-PUSAKA.COM

 Prangko Seri "Kebudayaan Indonesia 1993"
Tanggal Penerbitan : 22 Desember 1993
Koleksi yang dimiliki : Sampul Hari Pertama
Jumlah Koleksi : 1 buah




Kamis, 12 Februari 2015

TAHUN 1993

TRANSMIGRASI SWAKARSA MANDIRI

 



 Salah satu program pembangunan yang spesifik khas Indonesia dan merupakan suatu kegiatan kemanusiaan dalam bentuk pemindahan dan peningkatan kesejahteraan penduduk oleh pemerintah adalah transmigrasi. Para transmigran dengan segala pengorbanannya, telah memberikan arti yang memadai kepada pembangaunan daerah.
Sebagai ungkapan rasa terima kasih kita kepada pelopor-pelopor pembangunan itu, perlu diperhatikan kebutuhan-kebutuhan mereka dari berbagai aspek tidak hanya materiil, tetapi juga spirituial. Salah satu kebutuhan yang cukup mendasar yang sering terungkap adalah jaminan terjalinnya hubungan yang berlanjut antara mereka dengan keluarga/kerabatnya di daerah asal mereka.
Peranan jasa pos, dimana prangko merupakan salah satu sarananya sangatlah menunjang. Jalinan hubungan silaturahmi para transmigran dengan keluarga/kerabatnya itu, yang dapat menjadikan jarak terasa dekat. Jasa pos dalam menyampaikan berita keberhasilan para transmigran di tempatnya yang baru kepada kerabatnya, sangatlah menunjang upaya menjadikan transmigrasi suatu gerakan masyarakat.
Bertepatan dengan pengukuhan program Transmigrasi Swakarsa Mandiri (TSM) menjadi suatu gerakan masyarakat, Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi menerbitkan Prangko Istimewa dan Perum Pos dan Giro menerbitkan sampul hari pertama. *)
*) Dari sampul hari pertama  "Transmigrasi" terbit pada tanggal 4 Desember 1993

Prangko Seri "Transmigrasi"
Tanggal Penerbitan : 4 Desember 1993

Koleksi yang dimiliki : Sampul Hari Pertama
Jumlah Koleksi : 1 buah



Selasa, 10 Februari 2015

TAHUN 1993

BAPAK TNI




Tanggal 5 Oktober 1945 adalah Hari Lahir Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Sesuai dengan kondisi pada saat itu ABRI masih bernama Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Orang yang paling berjasa dalam membangun dan menyusun Tentara Kebangsaan yang dimulai dengan nama Tentara Keamanan Rakyat hingga menjelma menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah almarhum Jendral Soedirman bersama-sama almarhum Letnan Jendral Oerip Soemohardjo. Itulah sebabnya Jendral Soedirman diberi gelar sebagai Bapak TNI.
Dalam rangka memperingati dua tokoh bangsa yang sangat besar jasanya dalam sejarah ABRI maka bertepatan dengan hari ABRI yang ke-48 maka pada tanggal 5 Oktober 1993, Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi menerbitkan seri prangko peringatan dan Perum Pos dan Giro menerbitkan Sampul Hari Pertama. *)
*) Pengumuman Filateli "Bapak TNI"

Prangko : Seri "BAPAK TNI"
Tanggal Penerbitan : 5 Oktober 1953
Koleksi yang dimiliki : Sampul Hari Pertama
Jumlah Koleksi : 1 buah


Sabtu, 07 Februari 2015

TAHUN 1993

 INDOPEX '93



Pada tanggal 31 Mei 1993 kota Surabaya - ibu kota provinsi Jawa Timur akan memperingati ulang tahunnya yang ke 700. Perkumpulan filatelis Indonesia (PFI), Pemerintah Daerah Jawa Timur dan Perum Pos dan Giro akan menyelenggarakan Pameran Filateli Internasional Asia VI dengan nama Indopex '93 dari tanggal 29 Mei 1993 sampai tanggal 4 Juni 1993 bertempat di gedung World Trade Center (WTC) Surabaya. Tujuan utama Indopex '93 adalah untuk mendorong minat para remaja terhadap filateli, khususnya para Siswa dan Pramuka - dan untuk menciptakan ikatan yang lebih erat diantara para angota FIAP (Federation of Inter Asian Philately). Untuk memnandai dua peristiwa besar ini, Direktorat Jendral Pos dan Telekomunikasiakan menerbitkan satu seri prangko peringatan, souvenir sheet (carik kenangan) dan benda-benda pos bercetakan prangko. Sedangkan Perum Pos dan Giro akan menerbitkan Sampul Hari Pertama, Karnet dan Maximum Card.*)
*) dari Pengumuman Filateli "Indopex 93)

Prangko : Seri "Indopex '93"
Tanggal Penerbitan : 29 Mei 1993
Koleksi yang dimiliki : Sampul Hari Pertama
Jumlah Koleksi : 1 buah