Sabtu, 25 Juli 2015

TAHUN 1972 

TAHUN BUKU INTERNASIONAL




UNESCO, Badan kerdjasama Perserikatan Bangsa-Bandsa di bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan, pada sidang umumnja jang ke-XVI jang diadakan pada bulan Nopember 1970 di Paris, setjara aklamasi telah memproklamasikan tahun 1972 sebagai "Tahun Buku Internasional". Maksud dan pola umum dari seluruh kegiatan jang akan mengisi "Tahun Buku Internasional" itu dapat disimpulkan dengan slogan:"Buku untuk setiap orang".
Slogan ini kiranja dapat menggambarkan tudjuan sidang umum UNESCO tsb. Semua orang, tua muda, wanita maupun pria, warga kota ataupun orang pedesaan, petani ataupun pelaut, guru maupun djenderal, seniman maupun kijai, hendaknya menginsafi betapa pentingnya arti buku bagi hidup dan kehidupan insani. Semua orang hendaknja menganggap perlu untuk membatja, karena melalui membatja pengetahuan dapat bertambah, pandangan dapat meluas.
Sebaliknya semua orang hendaknja dengan mudah dan murah bisa mendapatkan buku jang diperlukannja. Pada tahun2 belakangan ini diseluruh dunia dirasakan adanja kekurangan buku. Kekurangan ini terlebih-lebih dirasakan di negara-negara jang sedang berkembang. Sebagai akibat hasil pemberantasan buta huruf bertambahlah djumlah orang jang suka membatja. Perkembangan dan demokrasi pendidikan mendjadi sebab penting pula mengapa djumlah orang jang memerlukan buku bertambah dengan pesat.
Menurut pendapat para ahli, usaha jang paling penting untuk mengurangi kekurangan buku tidak lain tidak bukan dari pada penjelenggaraan dasar bagi industri penerbitan nasional dan pengorganisasian setjara nasional pula bagi pelebaran dan perbaikan djaringan distribusi hasil industri tersebut, baik berupa toko-toko buku, maupun perpustakaan-perpustakaan dan lain-lain.
Dalam rangka program djangka pandjang perkembangan buku dari tahun ke tahun, UNESO telah berhasil mengumpulan andjuran-andjuran, usul-usul dan rekomendasi-rekomendasi sebagai hasil beberapa musjawarah kerdja/seminar regional dari para ahli jang telah diadakan untuk Asia di Tokyo (1966), untuk Afrika di Accra (1968), untuk Amerika Latin di Bogota (1969) dan untuk Dunia Arab di Cairo (Djanuari 1972). Di samping itu mendjadi kesilitan jang dirasakan setjara umum pula oleh negara-negara jang sedang berkembang kekurangan alat pembajaran luar negeri untuk membeli copyright dari buku-buku fungsionil dalam pelbagai bidang jang dianggap penting untuk pembangunan nasional, terutama di bidang pendidikan dan teknologi. Bermatjam-matjam kesulitan dan halangan pun terdapat pada usaha penterdjemahan buku-buku fungsionail itu. Meskipun adanja perkembangan tekniksetjara revulusioner dalam produksi dan distribusi bahan batjaan jang secara internasional berakibatkan lebih banjak penerbitan-penerbitan jang baik dan bermanfaat serta mendjadi lebih murah pula harganja, namun setjara nasional, terutama bagi negara-negara jang sedang berkembang, "buku" belumlah mendjadi keperluan atjara hidup sehari-hari. Keadaan seperti ini terdapat pula di tanah air kita. Memang sedjak proklamasi kemerdekaan 1945 djumlah orang jang suka membatja bertambah dengan pesatsebagaimana didjelaskan di atas, berkat hasil pemberantasan buta huruf dan kemadjuan dan demokratisasi pendidikan, namun di lain pihak djumlah penduduk jang tidak mempunjai kebiasaan membatja masih sangat tinggi. Menurut pengamatan para ahli, bukan hanja terdapat di kalangan rakjat biasa, namun dikalangan jang biasa disebut "terpeladjar" pun kebiasaan membatja buku masih sangat menjedihkan.
Orang-orang terpeladjar ini sering mengeluh bahwa mereka kekurangan waktu, sehingga tidak sempat untuk membatja buku. Djika mereka mempunjai waktu, biasanja waktu itu dipergunakan untuk membatja batjaan hiburan. Buku-buku fungsionil jang dapat memperdalam pengetahuan dan keahlian sulit diperdapat dan harganja biasanja tinggi sekali. Tetapi disamping itu terdapat pula keluahn dikalangan ahli perpusatakaan dan toko-toko buku bahwa tampaknja orang masih segan berkundjung ke perpustakaan atau berbelandja di toko buku. Menghadapi hal-hal tsb diatas Panitian Nasional Tahun Buku Internasional 1972 Indonesia telah menjusun suatu program jang meliputi bimbingan batjaan termasuk peningkatan kebiasaan membatja, penerbitan, perpustakaan, dan menarik perhatian orang baik dari pihak "konsumen", jaknipembatja, maupun dari pihak "produsen" jakni pengarang, penerbit, pentjetak dll, terhadap buku melalui pameran, tjeramah-tjeramah, tulisan-tulisan dan film. Demi kemadjuan, perkembangan dan pemuliaan mutu hidup orang seorang maupun sebagai bangsa, mudah-mudahan "Tahun Buku Internasional 1972" Indonesia dapat menggugah seluruh anggota masjarakat untuk mendjadikan "buku" sebagai keperluan atjara hidup sehari-hari.*)

*) Dari pengumuman filateli

Prangko Istimewa seri "Tahun Buku Internasional-1972"
Tanggal Penerbitan : 15 Mei 1972


Tidak ada komentar:

Posting Komentar