Kamis, 24 Desember 2015

TAHUN 1971 

VISIT ASEAN LANDS 1971

VISIT ASEAN LANDS - 1971

VISIT ASEAN LANDS - 1971

VISIT ASEAN LANDS - 1971
Negara-negara anggota ASEAN jang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura dan Muangthai telah memutuskan untuk melakukan usaha-usaha bersama dalam kampanje publisitas “VISIT ASEAN YEAR 1971", jang bertudjuan meningkatkan promosi kepariwisataan di masing-masing negara anggota. Salah satu tjara untuk turut serta dalam projek ini ialah dengan menerbitkan prangko-prangko istimewa dari Rp. 20,- Rp. 50,- dan Rp. 75,-  dengan thema penerbitan :  “VISIT ASEAN LANDS 1971”
Tahun 1971 merupakan titik tolak dari kegiatan-kegiatan bersama dan terus-menerus negara-negara anggota ASEAN dalam bidang Pariwisata.
I. Prangko Rp. 20,- :
Prangko ini menggambarkan seorang wanita jang sedang membatik.
Industri batik memegang peranan jang sangat penting dalam kegiatan ekspor negara dan telah berhasll mentjiptakan polanja tersendiri didunia perdagangan, meskipun beberapa negara tetangga anggota ASEAN seperti Malaysia, Singapura dan Muang Thai merupakan saingan utama dalam pasaran batik.
Seni batik jang berasal dari Turki dan Mesir dan mungkin pula dari Persia pertama-tama diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Hindu dan sedjak itu seni batik telah berkembang dengan pesatnja diseluruh keradjaan2 di Djawa dan Bali. Pada mulanja seni ini sangat digemari oleh wanita-wmita dilingkungan keraton Sultan, tapi lambat laun berkembang dengan pesat mendjadi industri rakjat. Meskipun diwaktu kemudian tjara pembatikan itu telah dapat diperbaiki dengan penggunaan alat tjap dari tembaga, namun hingga kini batik tulis lebih artistik dan lebih mahal harganja, mengingat seni batik  tulis memerlukan ketjakapan dan bakat dari para senimannja.
Motif batik adalah bermatjam-matjam menurut selera dan karakteristik berbagai suku di Djawa dan Madura, seperti suku-suku Djawa, Sunda, Madura, Tjirebon dlsb. dan bahkan pula orang-orang Tjina. Memenuhi selera penggemar batik modern, industri batik di Indonesia telah berkembang lagi dan menjesuaikan tjoraknja setjara modern dengan kombinasi warna jang menarik, seperti warna-warna biru, hidjau muda, djingga dan sebagainja. Bermatjam-matjam barang dapat dibuat dari batik seperti kemedja, rok, tas, sampul album, sepatu, topi dan pitji, dan lain sebagainja.

II. Prangko Rp. 50,- :
Djawa Barat meliputi daerah seluas hampir 17.009 mil persegi, atau lebih sedikit dari sepertiga luas seluruh pulau Djawa dan Madura. Pegunungan jang membudjur di Sumatera menjeberangi Selat Sunda dan membentang dibagian selatan Djawa Barat, membentuk daerah pegunungan Parahyangan, tempat asal suku-bangsa Sunda.
Gadis Sunda jang dikenal dengan sebutan “Modjang Parahyangan" sangat populer, baik dikalangan bangsa sendiri
maupun orang asing karena ketjantikan dan keramahannja. Parahyangan tanpa modjangnja bak nasi tanpa garam atau laki-laki tanpa kumis.
Prangko ini menggambarkan seorang modjang sedang memainkan angklungnja, sebuah alat musik bambu, jang sekarang ini dapat disesuaikan dengzn baik untuk memainkan irama musik-musik modern.
Panorama Parhyangan, gunung-gunungnja jang hidjau, lebih-lebih kawah Tangkubanprahu jang mendjadi latar belakang gambar prangko ini, perkebunan tehnja, gadis pemetik the, penuai-penuai padi, semua ini telah mendjadi sumber inspirasi bagi para penjair dan penjanji dalam mengarang sjair dan lagunja. Pertundjukan Wajang Golek jang tradisionil itu selalu menarik perhatian, baik dikalangan bangsa sendiri maupun orang asing. Kota Bandung jang biasa didjukuki “Paris of Java" terletak di daerah Djawa Barat ini. Kota jang dikelilingi pegunungan ini selalu hidjau sepandjang tahun dan hawanja sedjuk.

III. Prangko Rp. 75,- :
Minangkabau adalah sebuah wilajah budaja jang membudjur dipantai barat Sumatera Tengah, Bukit Barisan jang membudjur dari utara ke selatan pulau tersebut melintasi Minangkabau dan mendjadikannja suatu daerah pegunungan jang selalu hidjau. Pantai-pantainja indah dan alamnja sungguh-sungguh permai. Danau-danaaunja baik sekali untuk tempat bermain ski air dan berenang. Patjuan kuda tanpa pelana, buru babi, balap sapi, silat, semua ini merupakan atraksi tradisionil jang menarik hati.
Dewasa ini orang tidak akan menemukan di Indonesia suatu masjarakat dengan sistim “matriarchat" ketjuali di Minangkabau. Tata hidup masjarakat ini dengan sifatnja jang tenteram dan damai, melahirkan suatu kebudajaan jang unik dan putra jang dinamis. Hal ini tetap merupakan suatu misteri.
Prangko ini menggambarkan sepasang pengantin baru dengan dua gadis pengiringnja. Kedua mempelai tersebut memakai pakaian pengantin dengan segala perhiasannja. Upatjara perkawinannja sendiri memberikan kesan jang mendalam
kepada para penonton jang menjaksikannja. Seseorang jang berkundjung ke daerah ini akan mendjumpai bangunan dengan tjorak arsitektur jang chas dakam bentuk rumah keluarga besar atau jang lazim disebut “Rumah Adat" beserta lumbun padinja. Dekorasi bagian luarnja sungguh menakdjubkan dan konstruksi bangunannja kuat dan kekar. Bentuk atapnja sangat unik dan menarik perhatian. Rumah Adat merupakan simbul bagi masjarakat Minangkabau.
*)Dari pengumuman Filateli

Prangko Istimewa Seri : Pariwisata 1971
Tanggal Penerbitan : 26 Mei 1971


Tidak ada komentar:

Posting Komentar