THOMAS CUP
Tonggak Sejarah Prestasi Bulu Tangkis Indonesia (Thomas Cup 1958)
Sejenak
mengenang sejarah prestasi bulutangkis Indonesia di dunia, maka tak
lepas dari ferry Sonnevil , Tan Joe Hok, Njo kiem Bie, Tan King Gwa dan
Eddy Jusuf, mungkin nama tersebut agak asing, apalagi untuk generasi
muda saat ini. Tapi dari tangan merekalah tonggak penting prestasi
bulutangkis Indonesia ditancapkan. Mereka adalah pemain Indonesia saat
merebut Thomas Cup yang pertama kali pada tahun 1958.
INDONESIA JUARA DUNIA
Datang
sebagai negara yang tidak diperhitungkan dalam peta kekuatan
bulutangkis dunia saat itu, Indonesia telah membuat kejutan dengan
mengalahkan Denmark 6-3 dan Muangthai 8-1 di babak interzone dan berhak
melawan malaya yang telah menunggu sebagai juara bertahan di babak
challenge round.
Pada
saat sebelun undian pertandingan dilangsungkan pada tanggal 12 Juni
1958 sore hari di Ocean Park Hotel, dimana pemain-pemain Indonesia
menginap selama interzone dan Challenge round Thomas Cup, Indonesia
merubah susunan salah satu pemain gandanya, Indonesia menggantikan Lie
Po Djian dengan Ferry Sonnevil.
Hasil Undian lengkap antara Indonesia Vs Malaya adalah sebagai berikut:
Malam pertama tanggal 14 Juni 1958:
Single : Ferry Sonneville Vs Eddy Chong
Tan Joe Hok Vs The Kew san
Doubles : Njoo Kiem Bie/Tan King Gwan Vs Johny Heah/Lim Say Hup
Ferry Sonnevile/Tan Joe Hok Vs Oei Teik Hock/Eddy Chomg
Malam Kedua, tanggal 15 juni 1958
Single : Tan Joe Hok Vs Eddy Chong
Ferry Sonnevile Vs the Kew san
Eddy Jusuf Vs Abdullah Piruz
Doubles : Njoo Kiem Bie/Tan King Gwan Vs Oei Teik Hock/Eddy Chong
Ferry Sonneviile/tan Joe Hok Vs Johny heah/Say Hup
Telah
ditetapkan, bahwa semua pertandingan akan dipimpin oleh wasit-wasit
Malaya, sedang hakim garis dan service judge diisi oleh pemain dan
offisial dari Denmark, Muangthai dan Amerika Serikat.
Semua
wartawan dan pengamat bulutangkis malaya dan singapura sepakat untuk
menjagokan malaya kembali juara, semua kemenangan Tan Joe Hok betapa
cemerlangpun dianngap belum begitu berarti untuk dapat menandingi mantan
juara dunia Eddy Chong.
Akan
tetapi ferry Sonneville membuktikan kembali kepada dunia, bahwa ia
memang lebih kuat daripada Eddy Chong, bekas juara All England beberapa
tahun berturut-turut(1953, 1954, 1956, 1957) dan merupakan harapan
rakyat Malaya. Ferry membawa Indonesia Menang 3-1 di malam pertama.
Hasil pertandingan Malam pertama tanggal 14 Juni 1958:
Single : Ferry Sonneville Vs Eddy Chong (15-12, 15-4)
Tan Joe Hok Vs The Kew san (18-14, 15-3)
Doubles : Njoo Kiem Bie/Tan King Gwan Vs Johny Heah/Lim Say Hup (7-15, 15-5, 18-15)
Ferry Sonnevile/Tan Joe Hok Vs Oei Teik Hock/Eddy Chomg (15-18, 5-15 )
Pada tanggal 15 juni 1958 Tan Joe Hok membuka malam pertandingan challenge round yang kedua dengan keunggulan 3-1.
Pada awal set pertama Eddy Chong tunggal pertama Malaya seakan mampu
menggagalkan kemenangan Indonesia. Permainannya sebagai juara dunia
seakan telah kembali, permainanya telah menyulitkan Tan Joe Hok. Tetapi
perlawanan Eddy chong hanya sampai pada poin 11 saja pada set pertama
pertandingan pembuka itu.
Hasil pertandingan Malam Kedua, tanggal 15 juni 1958
Single : Tan Joe Hok Vs Eddy Chong (15-11, 15-6)
Ferry Sonnevile Vs the Kew san (13-15, 15-13, 18-16)
Eddy Jusuf Vs Abdullah Piruz (6- 15, 15-10, 15-8)
Doubles : Njoo Kiem Bie/Tan King Gwan Vs Oei Teik Hock/Eddy Chong (15-13, 9-15, retired)
Ferry Sonneviile/tan Joe Hok Vs Johny heah/Say Hup (1-15, 1-15)
Pada
partai ganda pertama di set ke tiga Njoo Kiem Bie tidak dapat
melanjutkan pertandingan karena cidera pada otot pundaknya, sehinnga
harus mengundurkan diri.
Indonesia
telah memenangkan pertandingan Challenge round atas juara bertahan
malaya, dengan skor 6-3, dan pada malam itu juga kapten tim Indonesia
Rameli Rikin, dengan bangga menerima piala Thomas Cup dari tangan Sir
William Goode, Gubernur Singapura, sebelum itu lagu kebangsaan Indonesia
raya dikumandangkan oleh suatu orkes tentara Inggris. Heah Joe Seang
(ketua BAM), D.L. Bloomer, wakil ketua IBF memberikan kata sambutan
pendek dan mengucapkan selamat atas suksesnya Indonesia, Bloomer
memberikannya juga atas nama Sir George Thomas yang karena alasan
kesehatan tidak dapat menghadiri dan menyaksikan interzone dan Challenge
zone seperti sebelumnya.
SETELAH INDONESIA BERHASIL MEREBUT THOMAS CUP DI SINGAPURA
Betapa angkuhnya
sikap wartawan-wartawan Singapura dan Malaya terhadap regu Indolnesia
sebelum babak interzone dimulai, setelah Indonesia menundukan favorit
denmark dan Muangthai, bahkan pada saat menjelang babak Challenge round
mereka masih beranggapan bahwa Indonesia belum sampai pada tingkat
bulutangkis juara bertahan Malaya. Namun, setelah Indonesia berhasil
merebut piala Thomas dari tangan Malaya, maka para wartawan tersebut
tidak ragu untuk memberi salut kepada pahlawan Indonesia, memuji
keunggulan dan supremasinya sesuai keadaan yang sebenarnya.
Ferry
Sonneville disebut sebagai pahlawan kemenangan Indonesia. Pertarungan
sengitnya melawan the kew san disebut sebagai puncak dari semua
pertandingan Thomas Cup di Singapura. Tan Joe Hok diibaratkan sebagai
seorang manusia besi, seorang pemain yang memiliki persistency, accuracy, patience (ketekunan ketelitian dan kesabaran), dan dimata wartawan lain, Tan Joe Hok adalah unyelding, unrufflet, dan underfeated (pantang menyerah, tak terkoyakan dan tak terkalahkan). Seorang pemain dengan “poker face”
yang bermain seperti manusia robot, satu-satunya sifat kemanusiaannya
adalah mengusap-usap rambutnya yang pendek setiap mendapat poin.
Nyoo
Kiem Bie Tan King Gwan adalah kombinasi yang kuat, permainan
defensifnya adalah “super” luar biasa baiknya, terlalu kokoh untuk lawan
yang ingin menggempur dengan Smash-smahhnya. Eddy Chong kapten regu
Malaya, yang dua kali berturut-turut tidak berdaya di tangan Ferry
maupun Joe Hok, tampak hancur semangantnya setelah piala Thomas
berpindah tangan, namun secara sportif ia menyatakan ketika ditanya oleh
wartawan “ regu kita baik, tetapi pemain-pemain Indonesia memang lebih
baik”.
Pada
malam pesta makan untuk Tim Thomas Cup di Cathay Restaurant ketua BAM,
heah Joo Seang, yang dua pekan sebelum Challenge round sudah memesan
empat botol sampanye untuk dibuka pada malam pesta kemenangan regu
malaya, tidak segan memasukan kecaman-kecaman pedas dan tajam pada
pemainnya yang gagal ke dalam pidato sambutannya. Sampai-sampai Eddy
Chong yang merasa tersinggung tanpa terkendali lagi menangis
tersedu-sedu.
TIBA DI TANAH AIR
Sebuah
panitia khusus yang terdiri dari wakil-wakil berbagai instansi dan
jawatan ibukota yang diketuai oleh Abdulwahab Djojohadikusumo menyambut
kedatangan pahlawan Thomas Cup di bandara kemayoran. Untuk pertama
kalinya dalam sejarah Indonesia sebuah tim olah raga karena prestasi
yang dicapainya mendapat penghormatan secara nasional.
Di
gelanggang Thomas Cup di Singapura mereka tabah dalam menghadapi
musuh-musuh yang lebih diunggulkan. Di Kemayoran di hadapan rakyat
banyak yang terus mengelu-elukannya, didepan masyarakat ibukota yang
datang memberikan sambutan luar biasa, pemain kita tampak tak sanggup
menahan keharuannya. Pada saat lagu kebangsaan Indonesia Raya
dikumandangkan, air mata bercucuran membasahi pipi setiap pemain.
Sepanjang
jalan dari kemayoran menuju istana merdeka puluhan ribu rakyat
berkerumun mengelu-elukan para pahlawan Thomas Cup, yang dikawal oleh
polisi lalu lintas. Di istana merdeka mereka diterima dan mendapat
wejangan dari presiden Soekarno.
Penyambutan atas Ferry Sonneville, tan Joe Hok, dkk berlangsung sampai beberapa hari di ibukota, Bandung dan Surabaya.
Berharap Semua Ini Terulang Lagi !
http://olahraga.kompasiana.com/raket/2012/01/17/tonggak-sejarah-prestasi-bulu-tangkis-indonesia-thomas-cup-1958-428164.html
Prangko Seri "Thomas Cup"
Tanggal Penerbitan : 15 Agustus 1958
Tidak ada komentar:
Posting Komentar