TAHUN 1965
HOTEL-HOTEL PARIWISATA
Hotel Ambarrukmo dibuka pada tahun 1966 sebagai hotel mewah pertama di Yogyakarta. Menurut Director of Sales & Marketing, Fadli Fahmi Ali, hotel tersebut terdiri dari dua sayap. Sayap pertama dengan panorama ke arah Gunung Merapi dibangun tahun 1965. Kemudian disusul sayap kedua yang dibangun pada tahun 1974.
Berbicara sejarah hotel ini tidak bisa lepas dari Sultan Hamengku Buwono V yang membangun Pesanggrahan Ambarrukmo. Pada tahun 1895-1897, bangunan ini direnovasi oleh Sultan Hamengku Buwono VII. Awalnya bangunan tersebut digunakan sebagai tempat menjamu tamu.
Tempat ini kemudian menjadi kediaman Sultan Hamengku Buwono VII saat turun takhta. Area Kebon Raja sampai Gandok Kiwa di masa Sultan Hamengku Buwono VII pun berubah menjadi area Hotel Ambarrukmo pada tahun 1966. Sementara area Balekambang sampai Pendopo tidak beralih fungsi.
Hotel Ambarukmo yang merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang ada di Yogyakarta ini diresmikan pengoperasiannya pada era tahun 1960-an saat Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat sebagai Menteri Ekuin.
Hotel ini dulunya dibangun dengan dana pampasan perang Jepang yang merupakan hasil dari perjanjian bilateral antara Indonesia dengan Jepang pada 28 Januari 1958 soal pampasan perang yang disahkan DPRRI pada tanggal 13 Maret 1958 dan diundangkan pada 27 Maret 1958.
Dana pampasan perang Jepang itu juga dipakai untuk membangun Hotel Indonesia di Jakarta, Samudera Beach Hotel di pantai Pelabuhan Ratu, Bali Beach Hotel di pantai Sanur Bali, gedung toserba Sarinah di Jakarta, simpang susun Semanggi di Jakarta, stadion utama Gelora Bung Karno di Senayan Jakarta, Bendungan Jatiluhur di Jawa Barat, Gedung MPR/DPR di Jakarta, Tugu Monas di Jakarta, Masjid Agung Istiqlal di Jakarta, dan beberapa yang lainnya.
Menurut rencana, Pesanggrahan Ambarukmo yang dibangun pada masa Sultan Hamengku Buwono V (1823-1855) dan diselesaikan pada masa Sultan Hamengku Buwono VII (1877-1921), juga akan direvitalisasi dan dioperasikan kembali sebagai gedung pertemuan dan resepsi pernikahan.
Pesanggrahan Ambarukmo ini dulunya merupakan tempat kediaman Sultan Hamengku Buwono VII sesaat setelah beliau turun tahta atau lengser keprabon dan madheg mandhito.
Beliau disebut Sultan Sugih lantaran pada masa pemerintahannya, pemerintah Hindia Belanda banyak mendirikan pabrik gula di Yogyakarta sampai hampir mencapai 20 buah, yang salah satunya masih beroperasi sampai hari ini adalah pabrik gula Madukismo.
Turun tahtanya Sultan Hamengku Buwono VII atau Sultan Sugih yang wafat pada tanggal 30 Desember 1931 ini, sampai hari ini masih menimbulkan tanda tanya seputar peristiwa itu, mengingat tidak banyak Sultan di kerajaan Mataram yang turun tahta sebelum wafat.
Lantaran itulah maka muncul rumor pula bahwa Sultan di era sesudahnya tak akan ada yang wafat di istananya, lantaran Sultan Hamengku Buwono VII sesaat setelah turun tahta pernah berucap sepoto yang bahwasanya, “Tidak akan pernah ada raja yang meninggal di keraton setelah saya”.
Akhirulkalam, umur dan cara kematian serta tempat kematian merupakan rahasia milik Allah SWT semata.
Namun, wafatnya Sultan Hamengku Buwono VIII saat diperjalanan dari Batavia ke Yogyakarta, dan Sultan Hamengku Buwono IX saat berada di Washington DC Amerika Serikat, adakah hubungannya dengan ucapannya Sultan Hamengku Buwono VII tersebut ?.
Prangko Istimewa : Hotel-hotel Pariwisata
Tanggal Penerbitan : 1 Desember 1965
Tanggal Penerbitan : 1 Desember 1965
Tidak ada komentar:
Posting Komentar