TAHUN 1971
VISIT ASEAN LANDS 1971
VISIT ASEAN LANDS - 1971 |
VISIT ASEAN LANDS - 1971 |
VISIT ASEAN LANDS - 1971 |
Negara-negara anggota ASEAN jang
terdiri dari Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura dan Muangthai telah
memutuskan untuk melakukan usaha-usaha bersama dalam kampanje publisitas “VISIT
ASEAN YEAR 1971", jang bertudjuan meningkatkan promosi kepariwisataan di masing-masing
negara anggota. Salah satu tjara untuk turut serta dalam projek ini ialah
dengan menerbitkan prangko-prangko istimewa dari Rp. 20,- Rp. 50,- dan
Rp. 75,- dengan thema penerbitan : “VISIT
ASEAN LANDS 1971”
Tahun 1971 merupakan titik tolak dari
kegiatan-kegiatan bersama dan terus-menerus negara-negara anggota ASEAN dalam bidang
Pariwisata.
I. Prangko Rp. 20,- :
Prangko ini menggambarkan seorang wanita jang sedang membatik.
Industri batik memegang peranan jang
sangat penting dalam kegiatan ekspor negara dan telah berhasll mentjiptakan polanja
tersendiri didunia perdagangan, meskipun beberapa negara tetangga anggota ASEAN
seperti Malaysia, Singapura dan Muang Thai merupakan saingan utama dalam
pasaran batik.
Seni batik jang berasal dari Turki dan
Mesir dan mungkin pula dari Persia pertama-tama diperkenalkan di Indonesia oleh
bangsa Hindu dan sedjak itu seni batik telah berkembang dengan pesatnja
diseluruh keradjaan2 di Djawa dan Bali. Pada mulanja seni ini sangat digemari
oleh wanita-wmita dilingkungan keraton Sultan, tapi lambat laun berkembang
dengan pesat mendjadi industri rakjat. Meskipun diwaktu kemudian tjara
pembatikan itu telah dapat diperbaiki dengan penggunaan alat tjap dari tembaga,
namun hingga kini batik tulis lebih artistik dan lebih mahal harganja,
mengingat seni batik tulis memerlukan
ketjakapan dan bakat dari para senimannja.
Motif batik adalah bermatjam-matjam
menurut selera dan karakteristik berbagai suku di Djawa dan Madura, seperti
suku-suku Djawa, Sunda, Madura, Tjirebon dlsb. dan bahkan pula orang-orang
Tjina. Memenuhi selera penggemar batik modern, industri batik di Indonesia
telah berkembang lagi dan menjesuaikan tjoraknja setjara modern dengan
kombinasi warna jang menarik, seperti warna-warna biru, hidjau muda, djingga
dan sebagainja. Bermatjam-matjam barang dapat dibuat dari batik seperti kemedja,
rok, tas, sampul album, sepatu, topi dan pitji, dan lain sebagainja.
II. Prangko Rp. 50,- :
Djawa Barat meliputi daerah seluas hampir 17.009 mil
persegi, atau lebih sedikit dari sepertiga luas seluruh pulau Djawa dan Madura.
Pegunungan jang membudjur di Sumatera menjeberangi Selat Sunda dan membentang
dibagian selatan Djawa Barat, membentuk daerah pegunungan Parahyangan, tempat
asal suku-bangsa Sunda.
Gadis Sunda jang dikenal dengan sebutan
“Modjang Parahyangan" sangat populer, baik dikalangan bangsa sendiri
maupun orang asing karena ketjantikan dan keramahannja. Parahyangan
tanpa modjangnja bak nasi tanpa garam atau laki-laki tanpa kumis.
Prangko ini menggambarkan seorang
modjang sedang memainkan angklungnja, sebuah alat musik bambu, jang sekarang ini
dapat disesuaikan dengzn baik untuk memainkan irama musik-musik modern.
Panorama Parhyangan, gunung-gunungnja jang hidjau,
lebih-lebih kawah Tangkubanprahu jang mendjadi latar belakang gambar prangko
ini, perkebunan tehnja, gadis pemetik the, penuai-penuai padi, semua ini telah
mendjadi sumber inspirasi bagi para penjair dan penjanji dalam mengarang sjair
dan lagunja. Pertundjukan Wajang Golek jang tradisionil itu selalu menarik perhatian,
baik dikalangan bangsa sendiri maupun orang asing. Kota Bandung jang biasa
didjukuki “Paris of Java" terletak di daerah Djawa Barat ini. Kota jang
dikelilingi pegunungan ini selalu hidjau sepandjang tahun dan hawanja sedjuk.
III. Prangko Rp. 75,- :
Minangkabau adalah sebuah wilajah budaja jang membudjur dipantai
barat Sumatera Tengah, Bukit Barisan jang membudjur dari utara ke selatan pulau
tersebut melintasi Minangkabau dan mendjadikannja suatu daerah pegunungan jang selalu
hidjau. Pantai-pantainja indah dan alamnja sungguh-sungguh permai. Danau-danaaunja
baik sekali untuk tempat bermain ski air dan berenang. Patjuan kuda tanpa pelana, buru babi, balap sapi,
silat, semua ini merupakan atraksi tradisionil jang menarik hati.
Dewasa ini orang tidak akan menemukan
di Indonesia suatu masjarakat dengan sistim “matriarchat" ketjuali di Minangkabau.
Tata hidup masjarakat ini dengan sifatnja jang tenteram dan damai, melahirkan
suatu kebudajaan jang unik dan putra jang dinamis. Hal ini tetap merupakan
suatu misteri.
Prangko ini menggambarkan sepasang
pengantin baru dengan dua gadis pengiringnja. Kedua mempelai tersebut memakai pakaian
pengantin dengan segala perhiasannja. Upatjara perkawinannja sendiri memberikan
kesan jang mendalam
kepada para penonton jang menjaksikannja. Seseorang jang
berkundjung ke daerah ini akan mendjumpai bangunan dengan tjorak arsitektur
jang chas dakam bentuk rumah keluarga besar atau jang lazim disebut “Rumah Adat"
beserta lumbun padinja. Dekorasi bagian luarnja sungguh menakdjubkan dan
konstruksi bangunannja kuat dan kekar. Bentuk atapnja sangat unik dan menarik
perhatian. Rumah Adat merupakan simbul bagi masjarakat Minangkabau.
*)Dari pengumuman Filateli
Prangko Istimewa Seri : Pariwisata 1971
Tanggal Penerbitan : 26 Mei 1971